Datu Pamona (Sulawesi tengah)

Datu Pamona (Sulawesi tengah)

Datu Pamona dikenal sebagai raja yang memerintah kawasan Pamona, yang punyaIstana Langkanae dan beristri Monogu. Dia bukan berasal dari masyarakat setempat. Konon, cerita rakyat Indonesia menyebutkan bahwa Datu Pamona datang dari seberang lautan. Dia putra Raja Hindu yang datang ke Pamona dan membuat ramai kawasan setempat. Hal ini terjadi dulu sekali, saat orang-orang di Danau Pamona masih primitif.

Dikisahkan bahwa para penduduk Danau Pamona masih hidup secara nomaden. Mereka bertahan hidup dengan cara berburu binatang dan mengambil buah-buahan dari alam. Kebiasaan ini berubah tatkala datang tujuh orang Hindu dari seberang lautan. Ketujuh orang Hindu ini kemudian menetap di kawasan Danau Pamona sampai mereka beranak pinak.

Ketujuh orang ini mengajarkan kepada masyarakat keahlian yang mereka punyai, yaitu melukis, mematung, dan bercocok tanam. Sejak itu, kehidupan masyarakat setempat berubah. Dari hidup nomaden menjadi hidup menetap. Dari berburu kini menjadi pembuat makanan. Kedatangan ketujuh orang Hindu ini membuat kawasan tersebut perlahan-lahan ramai. Kemudian, mereka juga mengajak kelompok mereka tinggal di Pamona. Bahkan, populasi manusia di wilayah Pamona makin meluas sampai ke Bada dan Napu. 

Ketika makin meluas, tanah untuk bermukim semakin sedikit. Orang-orang mulai berselisih mengenai patok tanah. Karena itu, timbullah keinginan untuk memiliki seorang pemimpin yang bisa dipanuti, adil, serta bijaksana. Dicarilah orang-orang lokal. Rupanya, agak sulit mencari seseorang dengan spesifikasi dari masyarakat setempat. Memang ada beberapa calon, namun masyarakat masih kurang sreg.

Di saat seperti itu, datanglah dua orang berkulit sawo. Keduanya putra Raja Hindu. Sebenarnya ada tiga, namun yang pertama sudah menetap dan dijadikan raja di Sigi. Kedua orang itu disambut dengan baik oleh masyarakat setempat, karena perbawa mereka yang santun dan bisa mengayomi.

Setelah tinggal selama kurang lebih enam bulan lamanya, yang termuda di antara kedua putra Raja Hindu pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Luwu disertai 6 orang pemuda Pamona. Mereka berangkat menggunakan perahu melalui Danau Poso ke Tandompomuaka. Kemudian, menuju ke Kuala Kodina. Sesampainya di sana, ketiga orang dari enam orang pengantar kembali ke Pamona. Sisanya ikut si pemuda sampai ke Luwu. Di Luwu, si pemuda dijadikan raja dan tiga pengantarnya kemudian dijadikan pengawalnya.

Sedangkan, si pemuda yang tetap tinggal di Pamona, yang bernama Lelealu, dipandang masyarakat Pamona bisa dijadikan sebagai panutan. Karena sikap-sikap yang ditunjukkannya selama ini. Mereka sepakat menjadikan Lelealu jadi Raja Pamona. Untuk lebih afdolnya, Lelealu juga dinikahkan oleh gadis setempat bernama Monogu.

Pasca menikah dengan Monogu, Lelealu segera diangkat jadi raja bergelar Datu Pamona-Rombenunu. Datu Pamona pun dihadiahi Istana bernama Langkanae. Dia memerintah Pamona dengan keadilan yang biasa ditunjukkannya sehari-hari.



Asal Usul Sungai Palu (sulawesi)

Asal Usul Sungai Palu (sulawesi)

Secara administratif, Sungai Miu dan Sungai Gumasa merupakan bagian dari Sungai Palu-Lariang, yang terletak di Kabupaten Sigi Bromaru, bagian dari Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam cerita rakyat Indonesia kisah Bolampa, dikisahkan bahwa dulu, duluuu sekali Sungai Miu dan Sungai Gumasa merupakan dua anak sungai yang terpisah dua. Namun, sebuah kejadian membuatnya menjadi satu. Kejadian apa itu? Peristiwa itu merupakan peristiwa kelam yang sangat memilukan hati.

Dikisahkan bahwa Raja Palu memiliki seorang permaisuri dan putra bernama Bolampa. Satu hal yang diwariskan Raja Palu kepada Bolampa adalah kesaktiannya. Dia juga kebal terhadap segala macam senjata.

Di tengah kegembiraan keduanya mengasuh Bolampa. Permaisuri hamil lagi. Namun, hal ini diam-diam menimbulkan kecemburuan di hati Bolampa. Karena, besar kemungkinan kasih sayang yang selama ini tercurahkan untuknya akan tidak ditujukan lagi untuknya, melainkan untuk adiknya.

Pada saat bersamaan, Raja Palu menderita sakit hingga menyebabkannya meninggal dunia. Kesedihan pun mewarnai Kerajaan Palu. Termasuk permaisuri dan Bolampa. Bolampa yang hatinya masih diliputi iri dengan kehadiran adiknya, segera minggat keDesa Sidiru, di daerah Sibolga. Di sana, dia melampiaskan dendam kepada orang-orang secara membabi buta. Karena, dia terlalu kuat, tak pelak, Bolampa membuat tewas orang-orang itu. Hal ini tentu membuat masyarakat Sidiru jengkel terhadapnya. Namun, kesaktian yang diwariskan dari ayahnya membuatnya tak bisa dibunuh dengan mudah.

Bolampa heran, mengapa dia sampai bisa membunuh orang-orang. Sementara, dia sendiri tidak bisa dibunuh, bahkan kebal terhadap senjata apapun. Rasa penasaran membawanya untuk merasakan bagaimana kematian itu. Lalu, dia menyerahkan dirinya kepada orang-orang Sidiru. Orang-orang Sidiru menyambutnya dengan gembira. Namun, mereka bertanya kepada Bolampa bagaimana cara membunuh dirinya. Sedangkan, senjata yang mereka gunakan tidak mempan terhadapnya.

Bolampa kemudian mengatakan, "Bunuhlah aku selepas aku menjatuhkan diri dari pohon kelapa itu."

Bolampa kemudian naik pohon kelapa dan menjatuhkan dirinya. Orang-orang Sidiru pun mengikuti arahan Bolampa. Mereka menusuk Bolampa dalam keadaan lemah. Segera saja Bolampa tewas di tangan mereka. Jenazah Bolampa kemudian dibawa ke baruga (rumah adat) Raja Sidiru. Kepala Bolampa dipenggal dan diletakkan di tiang baruga. Setelah sebelumnya diberi tanduk yang terbuat dari emas.

Sewaktu anaknya meregang nyawa, ibu Bolampa yang sedang hamil tua berfirasat. Hatinya "kontak" dengan kejadian yang menimpa anaknya. Maka, dia mencari anaknya di Sidiru dan sampai di rumah Raja Sidiru. Begitu kaget dia melihat kepala Bolampa berada di tiang baruga. Dipanggillah Raja Sidiru sambil ngoceh-ngoceh tak karuan. Raja Sidiru pun membunuhnya. Kemudian, jenazahnya disimpan di peti mati kayu. Beberapa hari berikutnya, bayi yang dikandung permaisuri Palu lahir. 

Bayi itu diambil oleh Raja Sidiru dan diserahkan kepada orang tua yang belum dikaruniai anak untuk dirawat. Orang tua itu senang mendapat anak dari Raja Sidiru. Mereka merawat dan mendidik anak titipan itu dengan baik dan memberinya nama Tuvunjagu. Tapi, dasar keturunan Bolampa, anak itu punya kekuatan dan sifat yang sama. Setelah dewasa, Tuvunjagu sering membunuh teman-temannya. Kedua orang tua yang semakin renta itu segera menceritakan semuanya tentang asal-usul Tuvunjagu.

Dipanggilnya Tuvunjagu untuk diceritakan asal-usulnya. "Nak, kemarilah. Bapa mau cerita sesuatu kepada kau."

"Ada apa Bapa?"

"Itu kau pernah lihat tengkorak yang terpancang di tiang baruga Raja Sidiru?"

"Ya, pernah Bapa."

"Itu adalah abang kau."

Dan diceritakan secara rinci mengenai Bolampa, ibunya, dan Tuvunjagu sendiri.

"Oh, jadi yang membunuh ibu dan kakakku adalah Raja Sidiru?" tanya Tuvunjagu dengan penuh dendam. Dendam kesumat pun bergumul di hati Tuvunjagu.

*

9 tahun berikutnya...

Raja Siddiru mengadakan pesta. Kesempatan ini tidak disia-siakan Tuvunjagu. Dia datang ke pesta itu dan mengajak putri semata wayang Raja Sidiru menari raego. Beberapa saat menari, tiba-tiba Tuvunjagu menarik parangnya dan menebas leher putri Raja Sidiru sampai pisah dari badannya. Tuvunjagu pun mengambil kepala itu dan berlari dengan cepat ke Palu. Sesampainya di Palu dia menancapkan kepala putri Raja Sidiru di tiang baruga Palu. Hal ini dilakukan sebagai pembalasan dendamnya.

Raja Sidiru segera mengumpulkan orang-orangnya untuk membalas dendam. Namun, seorang penasihat memberikan saran yang lebih bijaksana.

"Dulu, ketika Bolampa dan ibunya kita bunuh, tidak ada orang Palu yang datang ke Sidiru. Lebih baik kita buat jarak saja dengan Palu supaya Tuvunjagu tidak datang ke sini lagi supaya tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih besar."

"Bagaimana caranya?" tanya Raja Sidiru.

"Dengan menyatukan Sungai Mui dan Sungai Gumasa."

Usul ini diterima Raja Sidiru yang langsung memerintahkan rakyat untuk menyatukan kedua sungai itu. Setelah beberapa bulan bekerja, akhirnya kedua sungai itu menyatu. Tuvunjagu pun tak pernah kembali lagi ke Sidiru. Kini, kita mengenalnya dengan nama Sungai Palu. Demikian, cerita rakyat Sulawesi tentang asal-usul Sungai Palu.




Pangeran Biawak (Kalimantan Tengah)

Pangeran Biawak (Kalimantan Tengah)

Dalam cerita rakyat Nusantara yang berasal dari Kalimantan Tengah dikisahkan ada seorang raja di pedalaman yang mempunyai tujuh putri. Semuanya masih gadis. Namun, karena sudah cukup umur semuanya, mereka hendak dinikahkan. Sayangnya, tak ada calon yang mereka miliki. Sehingga, mau tak mau, ayahanda mereka campur tangan.

Sebagaimana lazimnya adat di zaman itu, jika ada seorang gadis tak punya calon, maka ayahnya akan menghelat sayembara untuk mencari pemuda impian bagi anaknya. Begitu juga yang dilakukan oleh ayahanda ketujuh putri tersebut. Karena, istananya terletak di pinggir sungai, maka sang raja juga mengadakan sayembara untuk membangunkan kerajaan di pinggir sungai seberangnya.

Tak lama setelah sayembara diumumkan, datanglah enam pemuda untuk mengikutinya. Dalam tempo tak begitu lama, keenam pemuda ini berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan sang raja. Namun, sayembara belumlah berakhir. Masih menunggu satu pemuda lagi untuk menyelesaikan satu tantangan lainnya, yakni membuatkan jembatan untuk masing-masing istana ke istana raja. Ya, kan tadi keenam istana ini terletak berseberangan dengan istana raja.

Tunggu ditunggu, datanglah seorang ibu tua dan seekor biawak. Siapa mereka? Rupanya ibu tua ini adalah ibu dari biawak itu.

"Hamba datang ke sini untuk mengikuti sayembara yang tuan paduka adakan," jelas ibu tua.

"Baiklah, apakah Anda punya seorang anak laki-laki?" tanya sang raja.

"Ya. Aku punya seorang anak laki-laki, yang biasa saja."

"Tak masalah. Siapa pun dia bisa mengikuti sayembara ini."

"Nah, anakku, kamu sudah mendengar kata-kata raja sendiri kan? Berarti kamu boleh ikutan," kata ibu tua kepada biawak.

Semua orang terkejut. Bagaimana mungkin seekor biawak bisa memiliki ibu manusia?

"Kan tadi tuan paduka sudah bilang tak mempermasalahkan. Siapapun boleh ikutan sayembara ini. Apa tuan paduka ingin menarik ucapan sendiri?"

Sang raja berdiam diri sejenak, menimang-nimang. "Ya, aku sudah mengatakannya. Dan pantang bagiku menarik ucapanku. Baiklah, kamu ikutan biawak."

Biawak pun langsung bekerja.


Sementara itu, raja berdiskusi dengan ketujuh putrinya. Dia bertanya siapakah di antara mereka yang ingin menjadi istri dari biawak? Sebuah pilihan sulit! Nyatanya, keenam putri raja tak ada yang mau, kecuali si bungsu.

"Aku bersedia, ayahanda. Ini demi nama baik ayahanda yang telah berjanji kepada biawak untuk menikah salah seorang di antara putri ayahanda. Tentu saja, aku tidak bisa mengorbankan kebaikan keenam kakakku."

Biawak rupanya bekerja terlalu cepat. Karena selesai berdiskusi, keenam jembatan sudah jadi.

Keesokan harinya digelarlah pesta pernikahan. Tampak, keenam putri raja bergembira, sedangkan si bungsu cuma muram. Dia mencoba menutupi kesedihannya. Ketika malam tiba, dan semua pengantin baru ini ke kamar masing-masing hanya di kamar si bungsu tak terdengar suara cekikikan. Si bungsu cuma tertidur begitu saja, setelah meletakkan biawaknya di sudut kamar.

Namun, keesokan paginya, dia terkejut menemukan seorang pria tampan tidur di sisinya. Dia menjerit dan pengawal raja masuk ke kamarnya. Namun, tak ditemukan pria tampan itu. Si putri hanya menunjuk-nunjuk biawak. Pria tampan itu sudah berubah kembali menjadi biawak. Tapi, tak seorang pun pengawal percaya. Mereka hanya menganggap si bungsu sedang bermimpi buruk karena habis menikahi biawak.

Begitu yang terjadi selama beberapa malam. Namun, si bungsu tak lagi terkejut dengan kehadiran pria tampan tersebut. Justru dia bertanya mengapa suaminya yang cakep itu bisa berubah jadi biawak. Kata suaminya, dia berubah jadi biawak karena dikutuk. Si bungsu kemudian ke sudut kamar, dia menemukan kulit biawak yang akan dikenakan oleh suaminya menjelang pagi. Kali itu, si bungsu punya ide untuk membakarnya saja. Walhasil, suami si bungsu pun tak berubah kembali jadi biawak.

Sungguh senang hati si bungsu. Kemudian, keenam kakaknya merasa sedih juga kenapa dulu mereka tak mau. Itulah balasan bagi orang yang mau berbakti kepada orang tua. Demikian kisah Pangeran Biawak.




Legenda Gunung Bromo - Suku Tengger (Jawa Timur)

Cerita Rakyat Indonesia: Legenda Gunung Bromo - Suku Tengger
Gunung Bromo.
Dikisahkan zaman dulu hidup pasang muda suami istri di suatu dusun. Sang istri akhirnya hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan. Anehnya, bayi perempuan ini sewaktu dilahirkan tidaklah menangis, sehingga kedua orang tuanya memberinya nama: Roro Anteng yang berarti perempuan yang tenang atau diam. 

Waktu pun berlalu hingga Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal di kalangan para jejaka saat itu. Tak terkecuali seorang sakti mandraguna bernama Kiai Bima. Berbekal kebringasannya alias kesaktiannya, Kiai Bima mendatangi Roro Anteng untuk melamarnya disertai ancaman. Lamaran tersebut harus diterima, jika tidak ia akan membuat dusunnya binasa. 

Sebenarnya Roro Anteng merasa berat hati menerima lamaran tersebut. Namun, ia terpaksa menerimanya demi menyelamatkan dusunnya. Dan ia memiliki sebuah rencana untuk menggagalkan lamaran tersebut. Ya, Roro Anteng mensyaratkan kepada Kiai Bima jika ingin lamarannya diterima maka harus membuatkan sebuah danau dalam tempo satu malam. 



Karena tak ingin kehilangan Roro Anteng, Kiai Bima menyanggupinya. Berbekal batok kelapa Kiai Bima mulai mengeruk tanah untuk dijadikan danau. Dalam waktu singkat, danau sudah tampak akan selesai. Roro Anteng yang telah bersiasat kemudian meminta orang-orang dusun untuk memukul-mukul alu supaya hari sudah terdengar pagi dan ayam mulai berkokok. 

Kiai Bima segera sadar jika dirinya tidak berhasil menyelesaikan tantangan dari Roro Anteng. Ia pun tidak bisa memaksakan lamarannya. Hatinya yang kesal segera membanting batok kelapa yang dipegangnya kemudian meninggalkannya. Bekas batok kelapanya kemudian menjadi Gunung Batok yang terletak di sebelah Gunung Bromo. Sementara, bekas galiannya menjadi Segara Wedi (lautan pasir) yang bisa dilihat sampai saat ini. 

Roro Anteng pun akhirnya bertemu Joko Seger dan menikah. Selama bertahun-tahun menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya Joko Seger berdoa kepada sang pencipta jika dikaruniai anak, dia bersedia mengorbankan anaknya itu.

Doa Joko Seger dikabulkan. Roro Anteng dan Joko Seger pun dikaruniai beberapa orang anak. Waktu berlalu sampai-sampai Joko Seger lupa dengan syarat doanya dulu. Waktu tidur, Joko Seger mendapat bisikan untuk memenuhi janjinya. 

Joko Seger sebenarnya tidak rela mengorbankan salah satu anaknya. Namun, karena jika tidak dituruti akan terjadi bencana dan lagipula itu adalah janjinya sendiri, maka ia menyampaikannya kepada anak-anaknya. Salah seorang di antara anak-anak Joko Seger dan Roro Anteng pun bersedia untuk dikorbankan. 

Hari H pun tiba. Keluarga Joko Seger menuju kawah Gunung Bromo seraya membawa aneka hasil bumi untuk sesaji. Salah seorang anak Joko Seger yang dikorbankan juga telah disiapkan. Bersama sesaji anak tersebut terjun ke kawah Gunung Bromo tersebut. 

Setelah janji tersebut dilaksanakan keluarga Joko Seger pun hidup bahagia di sekitaran Gunung Bromo. Keturunan mereka menamai diri Suku Tengger - yang berasal dari nama Roro Anteng dan Joko Seger. 

Upacara pengorbanan anak-anak mereka masih bisa kita saksikan sampai sekarang. Di bulan purnama tanggal 14 atau 15 bulan Kasodo (penanggalan Jawa) dilakukan upacara Kasodo, di mana terdapat proses pelemparan sesaji ke kawah Gunung Bromo.




Sawunggaling (Jawa Timur)

Ketika pulang ke rumah, muka Jaka Barek merah padam. Rupanya, ia menahan marah karena teman-temannya mengejek dirinya adalah anak haram. Di rumah, ia menemui ibunya yang ketika itu tengah bersama kakek - neneknya.

"Ibu, aku nggak tahan lagi," kata Jaka.

"Ada apa anakku. Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?" timpal ibunya, Dewi Sangkrah.

"Ibu harus menjelaskan kepadaku, siapa sebenarnya bapakku. Kalau sudah meninggal tunjukkan makamnya, kalau masih hidup katakan dimana dia. Gara-gara dia aku sering diejek teman-temanku.

Dewi Sangkrah menghela napas, kemudian menengok ke arah kakak - nekek Jaka Barek. Memang sudah waktunya bagi dirinya untuk menjelaskan siapa sebenarnya bapak Jaka Barek. "Memang sudah sepatutnya ibu bercerita kepadamu. Dan ini waktu yang tepat. Bapak kamu itu masih hidup, Nak."

"Benarkah?" Mata Jaka Barek berbinar-binar, "Kalau begitu dimanakah dia?"

"Bapak kamu seorang Adipati di Kadipaten Surabaya. Namanya Jayengrana. Kesanalah kamu harus mencari untuk menemui bapakmu," kata Dewi Sangkrah.

Jaka Barek pun berniat mendatangi Kadipaten Surabaya untuk menemui bapaknya. Sesampainya disana, di depan gapura masuk, ia dicegat prajurit penjaga.

"Siapa kamu?"

"Saya Jaka Barek."

"Apa keperluanmu datang kemari?"

"Saya mau bertemu Adipati," jawab Jaka Barek.

"Tidak bisa. Lebih baik kau pergi sebelum kuusir dengan paksa," bentak prajurit itu.

"Tidak sebelum aku bertemu dengan Adipati Jayengrana," sahut Barek.

Tak tahan melihat tingkah Jaka Barek, prajurit penjaga itu segera menyerangnya. Jaka Barek melawan serangan itu.

Perkelahian itu diketahui oleh Sawungsari dan Sawungrana. Keduanya putra Adipati Jayengrana. Mereka melerai perkelahian tersebut. Tapi, setelah mengetahui maksud Jaka Barek yang ingin menemui Adipati Jayengrana karena mengaku-aku sebagai anaknya, sebagai hal yang mencurigakan. Mereka justru berkelahi dengan Jaka Barek.

Namun, semua itu terhenti saat Jayengrana mendatangi keributan itu. Ia menanyakan pada Jaka Barek apa maksud kedatangannya. Jaka Barek mengatakan jika dirinya datang untuk menemui bapaknya, Jayengrana.

"Apa yang membuktikan jika kamu ini anakku? Siapa nama ibumu?" tanya Jayengrana.

"Nama ibuku Dewi Sangkrah. Aku membawa ini, selendang Cinde Puspita."

Adipati Jayengrana mengenali itu semua. Ia percaya sekarang jika Jaka Barek adalah anaknya. Kepada Sawungsari dan Sawungrana, Jaka Barek diperkenalkan sebagai saudara. Begitulah, Jaka Barek kemudian berganti nama menjadi Sawunggaling.

Zaman mereka hidup, para kompeni Belanda sudah masuk ke tanah Jawa. Kadipaten Surabaya pun didtangi oleh utusan Belanda bernama Kapten Knol yang membawa surat dari Jenderal De Boor. Inti surat itu isinya mengakuisisi Kadipaten Surabaya dan Adipati Jayengrana dicabuk haknya sebgai adipati karena menolak bekerjasama dengan Belanda.

Disaat bersamaan ada woro-woro yang sebutkan jika di alun-alun Surabaya telah diadakan sayembara sodoran (perang tanding prajurit berkuda bersenjata tombak) dengan memanah umbul-umbul Yunggul Yuda. Hadiah bagi pemenang adalah diangkat sebagai Adipati Surabaya.

Adipati Jayengrana memerintah Sawungsari dan Sawungrana untuk mengikutinya. Di waktu yang berbarengan Sawunggaling juga turut serta. Dia pun memenangkan sayembara tersebut. Karena itu, ia diangkat jadi Adipati Surabaya. Plus, ia dinikahkan dengan putri Amangkurat Agung Kartasura, yaitu Nini Sekat Kedaton.

Kedua saudaranya iri. Mereka ingin mencelakai Sawunggaling dengan membubuhkan racun di minumannya. Beruntung, aksi tersebut diketahui oleh Adipati Cakraningrat dari Madura. Sehingga, berhasil digagalkan. Adipati Cakraningrat memberitahu jika Sawunggaling dikerjai dua saudaranya yang telah menjadi antek Belanda karena rasa irinya.

Sejak itu, Sawunggaling bertekad hancurkan Belanda. Dalam suatu pertempuran, ia berhasil hancurkan pasukan Belanda dan membunuh Jenderal De Boor.



Asal Mula Negeri Lempur (sumatra)

Asal Mula Negeri Lempur (sumatra)

Di belantara Sumatera dulu pernah ada Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum. Kerajaan tersebut dipimpin oleh tiga bersaudara, yang masing-masing bernama Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Seri, dan Pamuncak Koto Tapus.


Suatu hari, Kerajaan yang berada di bawah pimimpin Pamuncak Rencong Talang berlimpah hasil panennya. Karena itu, hendak diadakan sebuah pesta panenan sebagai rasa syukur. Pesta panenan ini digelar dengan mengundang kerabat serta keluarga saja. Termasuk, keluarga Pamuncak Tanjung Seri – yang tak bisa hadir dan diwakili istri dan anak gadisnya.

Hari H pun tiba, istri Pamuncak Tanjung Seri dan anak gadisnya datang ke Kerajaan Pamuncak Rencong Talang untuk ikut merayakan pesta panenan. Anak gadis Pamuncak Tanjung Seri menjadi primadona dan banyak “ditaksir” para pemuda setempat. 

Tak terasa waktu sudah menjelang pagi. Istri Pamuncak Tanjung Seri kemudian mengajak anaknya pulang. Namun, anaknya masih mau berada di sana, karena itu dia mengacuhkannya. Ketika itu seorang pemuda bertanya pada si gadis, siapa yang mengajaknya pulang. “Pembantuku…” ucapnya asal. Si ibu rupanya mendengar pernyataan tersebut. Sehingga, dia jadi sakit hati sampai mereka pulang keesokan harinya.

Saat keesokan harinya, istri Pamuncak Tanjung Seri yang kesal dengan tingkah anaknya menggumam. “Tuhan, sakit hatiku dikatai anakku sendiri pembantu.” Dari doanya itu terucaplah semoga anaknya dikenai hukuman ditelan rawa berlumpur. Nah, dalam dongeng Indonesia dikisahkan bahwa waktu keduanya berada di Pulau Sangkar dan Lolo yang berawa dan berlumpur Tuhan mengabulkan doa istri Pamuncak Tanjung Seri. 

Entah bagaimana caranya, si gadis terpeleset hingga ia tercebur ke dalam rawa berlumpur. Dia meronta-ronta sekuat tenaga namun justru hal itu malah menambahnya cepat tenggelam ke rawa. “Ibu… tolong aku, Ibu,” teriak gadis yang telah melukai perasaan ibunya itu. 

“Aku bukan ibumu. Aku pembantumu,” jawab ibunya, sambil mengambil gelang serta selendang jambi dari anaknya. Lalu, meninggalkan putrinya begitu saja. 

sejak kejadian tersebut, daerah rawa berlumpur itu dinamai Lempur, yang berasal dari kata “lumpur”. Sementara, gelang yang diambil ibunya dibuang di sebuat tebat. Sehingga, daerah tersebut dinamai Tebat Gelang




Pygmalion (Yunani)

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.
Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, ‘Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.’
Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, ‘Kikir betul orang itu.’  Tetapi Pygmalion berkata, ‘Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu’.
Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, ‘Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.’
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis
menawan, tubuhnya elok menarik.
Kawan-kawan Pygmalion berkata, ‘Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.’
Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.



Apollo dan Daphne (Yunani )

Inilah nukilan pertama dari buku The Myth of Mithology, Apollo dan Daphne, kisah cinta yang menyedihkan karena ulah Si Jahat Cupid.

Daphne adalah cinta pertama Apollo. Apollo jatuh cinta bukan tidak disengaja, tetapi sengaja dibuat secara kejam oleh Cupid, Putra Venus. Apollo melihat seorang anak yang bermain dengan busur dan panah; dan karena Apollo masih mabuk kepayang atas kemenangannya atas Python, dia berkata kepadanya, “Apa yang kau lakukan dengan senjata perang, saucy boy? Berikan kepada mereka yang pantas. Lihatlah aku yang telah mengalahkan ular raksasa yang badannya telah meracuni banyak dataran!”

Putra Venus mendengar kata-kata Apollo dan membalas, “Apollo, panahmu sanggup menhancurkan semua yang ada di bumi, tetapi panahku dapat menghancurkan dirimu.” Sambil bicara dia berdiri di atas batu Parnassus, dan diambilnya dua anak panah yang berbeda, panah pertama terbuat dari emas dengan ujung yang tajam yang dapat membuat seseorang jatuh cinta dan yang satu lagi ujungnya berbentuk panah tumpul yang terbuat dari timah yang dapat membuat orang membenci orang yang mencintainya.

Panah dengan panah timah dipanahkan ke Daphne, putri dari dewa sungai Peneus, dan dengan panah emas untuk Apollo, tepat di hatinya.

Daphne bermuka cantik, banyak laki-laki yang datang melamar tetapi dia mencampakkan semua harapan mereka. Ayah Daphne sering berkata bahwa Daphne berhutang kepadanya seorang menantu dan cucu. Tetapi Daphne membenci pernikahan dan memandangnya sebagai kejahatan. Daphne meminta ayahnya untuk mengabulkan permintaannya supaya seumur hidupnya dia tidak menikah. Ayahanya memberi ijin tetapi berkata, “Wajahmu yang cantik akan menginkarinya.”

Apollo sangat mencintainya dan tergila-gila. Apollo melihat rambut Daphne tergerai tidak teratur di bahu putihnya, dan berkata, “Jika yang tidak teratur saja begitu menggoda, apalagi yang telah ditata?” Dia melihat matanya seperti bintang; dia melihat bibirnya, dan tidak puas dengan hanya melihat mereka. Apollo terkagum-kagum dengan tangan dan lengan yang telajang sampai bahu, dan membanyangkan apa yang tersembunyi dibalik sutra pasti lebih indah.

Apollo lari mendekat; Daphne lari menjauh selembut angin semilir ketika melihat bayangan Apollo. “Tunggu,” kata Apollo, “putri dari Peneus; Aku bukan seorang penjahat. Jangan takut daku seperti domba takut serigala, atau merpati kepada elang. Demi cinta aku mengejar kau. Kau membuatku menderita, takut kau jatuh dan menyakiti dirimu, dan aku lah yang harus disalahkan. Berlarilah lebih lambat dan aku akan mengikutimu dengan lambat. Aku bukan badut, bukan juga petani kasar. Jupiter ayahku, dan aku adalah tuan dari Delphos dan Tenedos, dan mengetahui semua hal, masa kini dan masa depan. Aku adalah dewa nyanyian dan lyre. Panahku selalu mengenai sasaran; tetapi, alas! panah yang lebih dashyat dari panahku menghujam ke hatiku! Aku adalah dewa obat-obatan, dan mengetahu semua tanaman penyembuh. Alas! Aku menderita penyakit yang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan!”

Daphne terus belari menghindar. Bahkan ketika berlari dalam ketakutan, Daphne tetap memikat Apollo. Angin meniup selendang bajunya, dan membuat rambutnya tergerai ke belakang.

Pengejaran semakin sengit dan Daphne mulai merasakan tenaganya mulai meninggalkan tubuhnya sedangkan Apollo semakin mendekat. Dia merasakan hembusan nafas Apollo di rambutnya. Akhirnya dia benar-benar tenggelam dalam lautan keletihan, dengan sisa tenaga dan waktu dia memanggil ayahnya, dewa sungai: “Tolonglah aku, Peneus! Buka tanah ini dan tutupi aku, atau ganti bentuk tubuh dan mukaku yang telah membuatku jatuh dalam keadaan yang membahayakan diriku saat ini!” Dengan sangat ketakutan dia berbicara, seketika juga kekakuan mulai merambat ke seluruh bagian tubuhnya; dadanya mulai tertutup oleh kulit kayu yang lunak; rambutnya menjadi dedaunan; lengannya menjadi cabang-cabang; kakinya terbenam ke bumi dan menjadi akar; mukanya menjadi bagian batang pohon yang paling atas, menghilangkan semua yang dimiliki olehnya kecuali kecantikannya. Apollo terkejut. Dia mententuh batang pohon, dan merasakan daging yang masih bergetar di bawah kulit pohon yang masih baru. Dia memeluk cabang-cabangnya dan mendaratkan banyak ciuman ke batang wood. “Karena kau tidak dapat menjadi istriku,” katanya, “kau tetap akan menjadi pohonku. Aku akan mengenakan kau sebagai mahkotaku; Aku akan menjadikan kamu sebagai harpaku dan tempat anak panahku; dan ketika para penakluk Roman membawa kemenangan ke Capitol, kau akan dirangkai menjadi rangkaian bunga sebagai mahkota mereka. Dan seperti keabadianku, kau akan selalu hijau, dan daun-daunmu tidak akan gugur.” Daphne berubah menjadi pohon Laurel (Salam), membungkukkan kepalanya sebagai ucapan terimakasih kepada Apollo.




Putusan Karakoush (Mesir)

Pada suatu malam seseorang terlihat mengendap-endap di pekarangan sebuah rumah. Rupanya ia hendak mencuri di rumah tersebut. Setelah merasa aman, ia mencoba membuka salah satu jendela rumah tersebut. Namun naas baginya, sewaktu mengungkit daun jendela, karena tidak dipaku dengan kuat, ia terjatuh tunggang-langgang ... See Moreke dalam dan kakinya patah.

Pagi harinya ia menghadap Karakoush, sang wali negara, untuk mengadukan nasibnya. “Wahai tuanku,” lapornya, “Tadi malam hamba hendak masuk ke sebuah rumah untuk mengambil harta pemiliknya, namun karena jendela rumah itu tidak dipaku dengan teguh, akhirnya hamba terjatuh ke dalam rumah dan kaki hamba menjadi patah karenanya.” Sambil memperlihatkan kakinya yang patah, ia meneruskan kata-katanya, “Hamba mohon keadilan paduka untuk menghukum pemilik rumah tersebut.” Mendengar permohonan tersebut sang wali negara dengan suara keras memerintahkan pengawalnya agar pemilik rumah itu dibawa menghadap ke pengadilan.

Sesampainya sang pemilik rumah ke sana, ia langsung diinterogasi oleh wali negara, “Kamu pemilik rumah yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumahmu tidak kaupaku dengan kuat sehingga pencuri ini tidak bisa berpegangan dengan kuat pada jendela dan dia terjatuh sampai menyebabkan kakinya patah ??!!!”. Sejenak pemilik rumah itu tertegun. Mengapa ia dipersalahkan atas tuduhan yang amat aneh ini ?? Apakah dapat dibenarkan seorang pencuri mempersalahkan orang yang hendak dia ambil hartanya karena kegagalan dalam melaksanakan kejahatannya ? Namun si pemilik rumah sadar bahwa berdebat dengan Karakoush hanya akan membuat nasibnya malah lebih celaka lagi. Karena itu ia pun segera menjawab, “Wahai tuanku, sesungguhnya kesalahan itu bukan terletak padaku, tapi pada tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumahku. Jika saja ia bekerja dengan baik, memaku daun jendela itu dengan kuat, tentu pencuri ini tidak akan terjatuh dan menderita patah kaki seperti ini.”

Mendengar penjelasan si pemilik rumah, Karakoush pun memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap tukang kayu yang dimaksud. Ketika dihadapkan pada pengadilan, tukang kayu itu dipersalahkan oleh wali negara dengan suara menggeledek, “Kamu tukang kayu yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumah orang ini tidak kaupaku dengan kuat sehingga membuat jendela itu menjadi goyah dan pencuri itu bisa terjatuh lalu menderita patah kaki seperti ini ??!!!” Si tukang kayu pun sadar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan wali negara, karenanya ia pun menyahut,”Wahai tuan, sesungguhnya ketika aku sedang mengerjakan pembangunan rumah orang ini, lewatlah seorang wanita cantik dengan pakaian warna merah. Karena aku terus memperhatikannya, aku pun tidak memaku jendela itu dengan kuat sehingga daun jendelanya mudah goyah dan menyebabkan orang ini jatuh.” Wali negara pun memerintahkan agar wanita itu dihadapkan padanya.

Setelah hadir di persidangan, wanita itu pun dipersalahkan,”Kau yang senang memakai pakaian yang menarik hati kaum lelaki, mengapa kau memakai pakaian warna merah saat lewat di depan rumah orang ini sehingga menyebabkan tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumah itu memaku jendelanya jadi bengkok dan mengakibatkan pencuri ini terjatuh ke dalam dan kakinya patah ??!!!” Si wanita pun menjawab,”Kecantikanku adalah augerah Allah, tapi pakaianku adalah buatan tukang celup. Dialah yang memberi baju ini warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu.” Kembali dengan suara mengguntur Karakoush memerintahkan pengawalnya untuk menghadapkan si tukang celup kepadanya.

Ketika orang yang dimaksud sudah berada di depannya, Karakoush pun membentaknya,”Kau yang suka main-main dengan warna-warna celupan, mengapa pakaian wanita ini kauberi warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu dan menyebabkan jendela yang dipakunya menjadi guyah dan membuat orang ini terjatuh ketika ia mengungkitnya hendak masuk ??!!!” Si tukang celup terpesona. Tak terkatakan apa-apa lagi olehnya karena ia sudah pingsan ketakutan. Oleh sebab ia tidak bisa lagi melemparkan kesalahan kepada orang lain, diputuskanlah untuk mengganjarnya dengan hukuman gantung.

Tetapi dia adalah orang yang luar biasa tingginya, sampai-sampai mengalahkan tinggi tiang gantungan. Tergopoh-gopoh pengawal melapor bahwa tidak ada lagi tempat buat menggantung si tukang celup. Karakoush tidak mau menerima kegagalan putusannya begitu saja. Dengan marah ia perintahkan,”Carilah tukang celup lain yang lebih pendek dan gantunglah dia menggantikan orang itu.” Begitulah. Akhirnya ditemukanlah seorang tukang celup lain yang berbadan lebih pendek. Tentu saja ia meronta-ronta ketika hendak dibawa ke tiang gantungan, namun semua sia-sia dan akhirnya dialah yang dihukum gantung.




Raja Tiger Kulit Jubah Panjang (China)


Panjang lalu ada yang tinggal di Tanah Khan yang buruk ALAD [seorang hamba atau gembala pada zaman feodalisme]. Istrinya melahirkan tiga anak, tapi sayangnya mereka semua meninggal. Tidak ada anak-anak lebih dilahirkan untuk pasangan dan mereka hidup menyendiri dan sengsara. Kemudian tiba-tiba suatu hari musim dingin istri ALAD itu melahirkan anak laki-laki. Pasangan itu sangat gembira, tetapi, mereka mulai bertanya-tanya bagaimana mereka akan membesarkan anak mereka. Kecuali untuk sapi dan dua kambing gunung mereka tidak ada nilai apapun. Apa yang mereka lakukan? Meskipun tertekan mereka tetap pergi ke luar tenda mereka untuk susu sapi untuk bayi. Anak itu tumbuh bukan oleh hari, tetapi per jam. Sebelum malam dia telah tumbuh lebih tinggi dan lebih kuat dari seorang manusia. Suami dan istri keduanya terkejut dan senang. Mereka menamakan anak mereka Ku-nan, yang berarti Kuno Selatan. Pada hari pertama Ku-nan memakan habis kambing utuh. Pada hari berikutnya ia memakan yang lain. Pasangan tua itu penuh dengan cemas. Satu hari lagi, mereka berpikir, dan bahkan sapi akan dilakukan untuk! Dan kemudian apa yang akan kita harus hidup? Pada hari ketiga Ku-nan berkata kepada ibunya, "Ah-Ma, kami sangat miskin dan kita hanya sapi kiri Biarkan aku pergi dan menemukan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan.. Aku takut aku akan jatuh sakit jika saya tinggal di rumah lagi. " Dia melihat sosok anaknya tinggi dan kuat dan, sambil memegang tangan yang besar dalam dirinya, berkata dengan suara menangis, "Anakku, pekerjaan apa yang dapat Anda lakukan Hai Anda mungkin! Dapat pergi ke Khan.? Ia mungkin memiliki beberapa bekerja untuk Anda. " Ku-nan merenung untuk sementara waktu, kemudian setuju. Setelah mengambil cuti dari orang tua, ia bernasib sebagainya pada waktu perut kosong. Setengah jalan dia bertemu dengan serigala lapar. Segera setelah melihatnya itu melonjak pada dia, tapi Ku-nan segera ditangani dan membunuhnya. Ia kemudian dikuliti dan, membuat dirinya api unggun, panggang daging dan memakannya. Setelah melakukannya, ia melanjutkan perjalanannya dan pada senja mencapai Yurt di Khan. Khan tua licik memikirkan pengujian kekuatan Ku-nan's. Dia memiliki seluruh sapi panggang dan mengundang para pemuda untuk memakannya. Ku-nan tidak hanya memakan semua daging, tetapi menggerogoti tulang bersih, juga. Khan kemudian disimpan dia di Yurt sebagai pembantu pribadi dan pengawal. Ku-nan sering pergi dengan Khan jauh ke dalam hutan untuk berburu, dan setiap kali mereka pulang dengan kantong penuh. Suatu hari, ketika mereka berdua, bersama-sama dengan beberapa hamba Khan, pergi berburu di dalam mencapai hutan, seekor harimau besar tiba-tiba melompat ke atas mereka. Khan begitu takut dia pecah menjadi keringat dingin. Tanpa berpikir untuk keselamatan Ku-nan dia dicambuk kudanya ke berpacu dan merobek menuruni gunung. hamba yang Khan melarikan diri pontang-panting, menutupi kepala mereka dengan tangan mereka. Tapi Ku-nan tak bergerak. Seperti harimau melompat saat dia tenang menghindari ke satu sisi, meraih salah satu kaki belakangnya, dan mengayunkan binatang itu terhadap pohon besar. Ada kecelakaan, dan pohon daun jatuh ke tanah. Harimau itu berbaring tak bergerak di tanah dengan perut robek terbuka. Ku-nan meletakkan bangkai di punggungnya dan berjalan dimatikan setelah Khan. Ketika mencapai Yurt Khan, dia masih dalam keadaan dari ketakutan ia tidak bisa turun dari kudanya. Untungnya hamba-hambanya, yang telah dibawa ke tumit mereka ketika harimau muncul, datang membantunya dan mengangkatnya dari kudanya. Pada saat ini Ku-nan tiba. Ketika Khan melihat harimau di Ku-nan kembali ia panik. Dia bergegas ke Yurt dan menghalangi pintu. "Cepat! Semua dari Anda," bawled dia. "Pertahankan pintu Jangan biarkan harimau masuk!!" Kemudian ketika ia mendengar itu adalah harimau mati Ku-nan yang dibawanya, ia mengumpulkan keberanian dan keluar dari tempat persembunyiannya. Berbusa karena marah dia mengutuk Ku-nan, menggunakan semua kata busuk dia tahu, dan mengambil kulit harimau ke Yurt nya. Setelah Khan kulit harimau sebagai kasur, ia memutuskan ia ingin jubah yang terbuat dari kulit King Tiger. Dengan demikian ia memerintahkan Ku-nan untuk menangkap Raja Tiger dalam waktu tiga hari. Jika ia gagal dalam misinya Khan akan memiliki dia dieksekusi. Ku-nan merasa sangat sedih. Di mana ia menemukan Raja Tiger? Dikatakan bahwa Raja Tiger tinggal di sebuah gua terpencil di Pegunungan Utara, dan bahwa ada banyak harimau ada di sekitarnya. Tapi tidak ada bahkan telah dikenal untuk mencapai tempat itu. Langit mulai gelap, dan Ku-nan kembali ke rumah merasa sangat bahagia. Dia mengatakan kepada orang tuanya tentang apa yang telah terjadi. Pasangan tua berada di kebingungan. Jika mereka adalah untuk mencegah dia pergi, mereka takut Khan benar-benar akan menempatkan putra mereka mati. Tetapi jika mereka membiarkan dia pergi, yang bisa menjamin keselamatannya? Suami dan istri duduk saling berhadapan dan menangis. Mereka membuat semacam to-do yang Ku-nan merasa sulit untuk mengambil keputusan apapun. Tiba-tiba seorang ALAD tua datang ke pondok kecil mereka lusuh. "Anak saya," ditujukan dia Ku-nan, "jangan sedih Raja Harimau adalah takut seorang pemberani.. Selama Anda tetap tanah asli Anda dan Anda terkasih yang ada di pikiran, Anda akan mampu mengatasi setiap kesulitan Go,. anakku. Aku akan memberi Anda belang-belang kuda poni untuk naik. Good luck untuk Anda "The ALAD tua! ringan mencium Ku-nan di dahinya dan menghilang. Ketika Ku-nan pergi ke luar ia melihat kuda belang-belang meringkik ke arahnya.

Langit berangsur-angsur tumbuh cahaya, dan Ku-nan mengucapkan selamat tinggal orang tuanya. Mengambil busur, panah-tas dan belati, ia dipasang tanggung jawabnya dan berangkat pada misinya. Awalnya kuda berlari-lari kecil sepanjang dengan kecepatan normal, tetapi kemudian pecah menjadi canter, dan kemudian berpacu. Lebih cepat dan lebih cepat itu pergi, begitu cepat yang Ku-nan hanya bisa melihat yurts di sepanjang jalan di kabur. Setelah beberapa saat binatang itu mengurangi kecepatan nya. Saat itu Ku-nan melihat dekat Yurt a serigala hanya akan menyerang seorang gadis kecil. Tepat pada saat ia menyelipkan anak panah ke busur, dan biarkan terbang. Serigala langsung jatuh mati di tanah dengan panah di kepalanya. Seorang wanita tua berlari keluar dari Yurt tersebut. Ketika ia menyadari bahwa Ku-nan telah menyelamatkan kehidupan grand nya-putrinya, ia mengajak dia masuk untuk semangkuk susu-teh. Sebelum keberangkatannya dia memberinya domba-tulang dan berkata, "Ambillah, Nak, itu akan sedikit berguna bagi Anda di masa depan." Dengan hadiah di tangan, Ku-nan berkubah atas kuda dan melanjutkan perjalanan ke utara. Saat ia berlari-lari kecil di sepanjang jalan ia menemukan jalan terhalang oleh sebuah sungai yang luas. Tiba-tiba air naik dan membentuk ombak besar. Sebuah penyu besar muncul dan berenang ke tepi sungai. "Anak saya," itu parau, "Anda sebaiknya menghidupkan kembali Anda tidak akan bisa menyeberangi sungai ini.." "Oh, pasti," jawab Ku-nan. "Semua kesulitan dapat diatasi." "Oh, kalau begitu, Nak berani," kura-kura itu berkata, "tolong bantu saya. Mata kiri saya sakit begitu parah, saya ingin memilikinya diambil dan diganti dengan yang baru. Tolong, bantu aku, bawa keluar untuk saya . " "Baiklah, aku akan membantumu." Begitu Ku-nan tampak di tangannya. Mata telah berubah menjadi mutiara! A, mutiara bercahaya mulia tanpa cela. Setelah melihat itu mata-Ku nan teman-sight menjadi sangat tajam, ia bahkan bisa melihat sekelompok yurts di kejauhan. Ku-nan maka remounted kudanya. Seakan memahami maksud tuannya itu, binatang itu jatuh ke dalam air. Apa keajaiban! Tidak lama setelah air menyentuh mutiara berharga dari itu terbagi untuk membentuk dinding transparan di kedua sisinya, meninggalkan sebuah jalan kering melalui pusat. Ku-nan berkuda menyeberang ke tepi seberang sungai tanpa kesulitan lebih lanjut. air dialirkan biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi. Ku-nan segera mencapai yurts ia telah melihat di kejauhan. Seorang gembala tua itu lembut menangis di sana. Dia adalah pemandangan menyedihkan. Setelah turun dari kudanya, Ku-nan menyapanya. "Kakek, apa yang membuat kau begitu sedih?" ia bertanya. "Tolong beritahu saya, mungkin saya dapat dari beberapa membantu Anda." Gembala tua itu menyeka matanya dan mendesah. "Anak muda, bahkan jika saya katakan, saya takut Anda tidak akan bisa membantu saya. Kemarin hanya putri saya dibawa oleh Raja Harimau. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau mati sekarang ... . " Orang tua lagi patah hati-tersedu-sedu mengiris. "Kakek, jangan berkecil hati," Ku-nan menghibur dia. "Aku yakin anak anda tidak mati Aku sedang mencari yang King Tiger.. Aku akan pergi ke sana dan menyelamatkannya." Gembala tua terhibur. Dia mengundang Ku-nan ke dalam tenda untuk minum teh. Setelah minum teh nya, Ku-nan mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan kiri. Sebelum nan gelap-Ku tiba di tempat tinggal Raja Harimau. Dari kejauhan ia bisa melihat sebuah gua batu di gunung. Di pintu masuk lebih dari sepuluh harimau berjaga-jaga. Sebagai Ku-nan mendekati gua, ia merogoh keluar domba-tulang dari sakunya dan melemparkan ke harimau. Dia kemudian masuk dan menemukan putri gembala. Dia mengatakan kepadanya bahwa Raja harimau telah keluar sejak pagi, dan bahwa ia belum kembali, tapi mungkin akan segera. Dia memikirkan menyembunyikan Ku-nan, tapi ia menolak, menyatakan bahwa ia pertama kali menyelamatkannya dan membawanya pulang. Dia setuju, dan mereka berdua naik kuda belang-belang keluar dari gua. Bagian luar harimau masih berebut tulang. Ku-nan berkembang cambuk, dan kuda yang berlari menuruni gunung seperti angin puyuh. Tiba-tiba embusan angin liar bertiup dari utara. Riding di atas awan kuning, sebuah raksasa dengan kepala harimau dan tubuh manusia, semua ditutupi dengan rambut keemasan, datang memburu. bulat berpaling Ku-nan dan membiarkan terbang panah, yang menusuk mata kiri raksasa itu. Raja Tiger meraung marah. Dia mengulurkan tangan besar dan menarik Ku-nan dari tanggung jawabnya. Lalu dengan satu pukulan ia membuatnya pinggang-jauh ke dalam tanah. Ku-nan langsung menggeliat keluar. Dengan satu pukulan ia memukul leher raksasa-jauh ke dalam tanah, dan, tanpa menunggu dia membebaskan diri, ia dengan cepat terhunus belati dan menusukkan pisau jauh ke pate raksasa itu. Ku-nan sehingga berakhir kehidupan King Tiger. Ia menarik keluar karkas tanah dan, menariknya dengan satu kaki, tertangkap dengan kudanya. Dia dan gadis itu kemudian kembali ke rumahnya. Ketika gembala tua itu melihat bahwa Ku-nan telah menyelamatkan putrinya, ia sangat bahagia, dan memberinya tangannya dalam pernikahan. Ku-nan tinggal malam di Yurt mereka dan, ketika hari tumbuh cahaya, lagi berangkat dengan istrinya pada kuda mereka. Tapi saat mereka bersiap-siap meninggalkan mereka mendengar deru angin mendekati dari utara. Ku-nan berpaling untuk melihat dan melihat sepuluh atau lebih harimau datang mengejar. Mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan berebut tulang-domba sehari sebelumnya. Ku-nan buru-buru dikirim istrinya ke Yurt tersebut. Dia menembak panah dan membunuh harimau dalam memimpin. Lalu ia terhunus belatinya dan melangkah maju untuk menemui mereka. Sebuah tempur marah terjadi. Dalam satu nafas dia slayed tujuh atau delapan dari mereka, namun tiga sisa menyerangnya dengan keganasan bahkan berlipat ganda. Ku-nan merasa dirinya benar-benar habis. Sama seperti ia berada di titik kehancuran, gembala tua, di kepala sekitar sepuluh pemuda muda, bergegas untuk menyelamatkan. Mereka membawa tiang untuk melanggar pada kuda. Mereka membantu Ku-nan menangkap tiga harimau dan dengan demikian lega dia dari bahaya. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka dan memberi mereka semua harimau yang telah dibunuh. Mengambil istrinya, dia remounted kuda dan berjalan pulang. Ketika Khan melihat bahwa Ku-nan telah membunuh Raja Tiger dan telah membawa pulang seorang istri selain cantik, ia merasa sangat bahagia dan pada saat yang sama iri. Ia memerintahkan istri Ku-nan untuk membuatnya jubah dari kulit King Tiger, dan tidak kehilangan sehelai rambut tunggal melempari tersebut. istri Ku-nan's melakukan seperti yang Khan memerintahkan dan membiarkan suaminya membawa jubah itu kepada dia. Ketika Khan melihat jubah dia sangat senang. Dia berpikir menunjukkan dirinya dari dalam domain di seluruh keagungan-Nya. Dia ingin semua orang tahu bahwa dia, Khan, memiliki sebuah jubah berharga yang terbuat dari kulit King Tiger. Sebuah platform dibangun di depan Yurt di Khan. Ia mengundang para pejabat dari seluruh negeri Khan untuk makan dan minum dan berpesta minum-minum. Cara yang sedikit melintasi berdiri banyak sekali orang yang datang dari seluruh penjuru tanah untuk melihat Khan Tiger jubah Raja. Setelah tengah sementara bunyi musik Khan melenggang di seluruh platform dengan udara puas diri. Dia membuat gerakan menyapu dengan tangannya, dan seorang pelayan berpakaian rapi naik, bantalan seikat kuning. Dia membukanya dan mengeluarkan jubah berwarna emas berkilauan yang terbuat dari kulit King Tiger. Dia berparade ini untuk setiap orang untuk melihat, kemudian membantu Khan untuk memakainya. Tidak lama setelah Khan mengenakan jubah daripada ia berubah menjadi seekor harimau beraneka-berwarna sengit. Hal itu membuat raungan memekakkan telinga dan dibatasi dari panggung dan menyerang kerumunan orang, menggigit dan melukai banyak orang. Para pejabat itu begitu takut mereka melompat ke kuda mereka dan membuat off untuk semua mereka layak. Pada saat itu Ku-nan untungnya tiba di tempat kejadian. Ketika ia melihat harimau mengejar orang dan pelaku Curanmor mereka, dia ngeri. Dia berpikir dari menembak binatang dengan panahnya, tapi sayangnya dia telah meninggalkan panahnya-tas di rumah, bahkan belati itu bukan di ikat pinggangnya. Ketika dia meraba-raba tak berdaya, harimau tiba-tiba dibebankan ke arahnya. Dia berdiri tanah dan menunggu sampai binatang itu telah datang dalam jangkauan. Kemudian dengan kecepatan seekor elang ia meraih ekornya, tersentak ke udara dan dalam satu napas memukul sepuluh kali di tanah. Harimau itu berbaring memar, cacat dan pendarahan dan segera meninggal. Karena binatang itu sebelumnya Khan, orang pergi menguburnya. Sejak saat itu Ku-nan pergi berburu setiap hari, mengendarai kuda menjadi belang-belang, dan sekembalinya ia akan berbagi membunuh dengan Alads miskin di lingkungan sekitar. Selain itu, ia sering menyembuhkan orang miskin dari penyakit mata mereka dengan mutiara yang berharga: segera setelah orang-orang tua melihat hal itu, penglihatan remang-remang mereka akan menjadi jelas, seperti segera setelah buta menggilas putaran orbit mata mereka, mereka akan mampu untuk melihat. Berkat bantuannya pada Alads miskin mulai menyanyikan lagu-lagu gembira mereka lagi dan hidup mereka menjadi sangat menyenangkan.







Kategori

Kategori