Pygmalion (Yunani)

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.
Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, ‘Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.’
Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, ‘Kikir betul orang itu.’  Tetapi Pygmalion berkata, ‘Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu’.
Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, ‘Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.’
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis
menawan, tubuhnya elok menarik.
Kawan-kawan Pygmalion berkata, ‘Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.’
Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.



Apollo dan Daphne (Yunani )

Inilah nukilan pertama dari buku The Myth of Mithology, Apollo dan Daphne, kisah cinta yang menyedihkan karena ulah Si Jahat Cupid.

Daphne adalah cinta pertama Apollo. Apollo jatuh cinta bukan tidak disengaja, tetapi sengaja dibuat secara kejam oleh Cupid, Putra Venus. Apollo melihat seorang anak yang bermain dengan busur dan panah; dan karena Apollo masih mabuk kepayang atas kemenangannya atas Python, dia berkata kepadanya, “Apa yang kau lakukan dengan senjata perang, saucy boy? Berikan kepada mereka yang pantas. Lihatlah aku yang telah mengalahkan ular raksasa yang badannya telah meracuni banyak dataran!”

Putra Venus mendengar kata-kata Apollo dan membalas, “Apollo, panahmu sanggup menhancurkan semua yang ada di bumi, tetapi panahku dapat menghancurkan dirimu.” Sambil bicara dia berdiri di atas batu Parnassus, dan diambilnya dua anak panah yang berbeda, panah pertama terbuat dari emas dengan ujung yang tajam yang dapat membuat seseorang jatuh cinta dan yang satu lagi ujungnya berbentuk panah tumpul yang terbuat dari timah yang dapat membuat orang membenci orang yang mencintainya.

Panah dengan panah timah dipanahkan ke Daphne, putri dari dewa sungai Peneus, dan dengan panah emas untuk Apollo, tepat di hatinya.

Daphne bermuka cantik, banyak laki-laki yang datang melamar tetapi dia mencampakkan semua harapan mereka. Ayah Daphne sering berkata bahwa Daphne berhutang kepadanya seorang menantu dan cucu. Tetapi Daphne membenci pernikahan dan memandangnya sebagai kejahatan. Daphne meminta ayahnya untuk mengabulkan permintaannya supaya seumur hidupnya dia tidak menikah. Ayahanya memberi ijin tetapi berkata, “Wajahmu yang cantik akan menginkarinya.”

Apollo sangat mencintainya dan tergila-gila. Apollo melihat rambut Daphne tergerai tidak teratur di bahu putihnya, dan berkata, “Jika yang tidak teratur saja begitu menggoda, apalagi yang telah ditata?” Dia melihat matanya seperti bintang; dia melihat bibirnya, dan tidak puas dengan hanya melihat mereka. Apollo terkagum-kagum dengan tangan dan lengan yang telajang sampai bahu, dan membanyangkan apa yang tersembunyi dibalik sutra pasti lebih indah.

Apollo lari mendekat; Daphne lari menjauh selembut angin semilir ketika melihat bayangan Apollo. “Tunggu,” kata Apollo, “putri dari Peneus; Aku bukan seorang penjahat. Jangan takut daku seperti domba takut serigala, atau merpati kepada elang. Demi cinta aku mengejar kau. Kau membuatku menderita, takut kau jatuh dan menyakiti dirimu, dan aku lah yang harus disalahkan. Berlarilah lebih lambat dan aku akan mengikutimu dengan lambat. Aku bukan badut, bukan juga petani kasar. Jupiter ayahku, dan aku adalah tuan dari Delphos dan Tenedos, dan mengetahui semua hal, masa kini dan masa depan. Aku adalah dewa nyanyian dan lyre. Panahku selalu mengenai sasaran; tetapi, alas! panah yang lebih dashyat dari panahku menghujam ke hatiku! Aku adalah dewa obat-obatan, dan mengetahu semua tanaman penyembuh. Alas! Aku menderita penyakit yang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan!”

Daphne terus belari menghindar. Bahkan ketika berlari dalam ketakutan, Daphne tetap memikat Apollo. Angin meniup selendang bajunya, dan membuat rambutnya tergerai ke belakang.

Pengejaran semakin sengit dan Daphne mulai merasakan tenaganya mulai meninggalkan tubuhnya sedangkan Apollo semakin mendekat. Dia merasakan hembusan nafas Apollo di rambutnya. Akhirnya dia benar-benar tenggelam dalam lautan keletihan, dengan sisa tenaga dan waktu dia memanggil ayahnya, dewa sungai: “Tolonglah aku, Peneus! Buka tanah ini dan tutupi aku, atau ganti bentuk tubuh dan mukaku yang telah membuatku jatuh dalam keadaan yang membahayakan diriku saat ini!” Dengan sangat ketakutan dia berbicara, seketika juga kekakuan mulai merambat ke seluruh bagian tubuhnya; dadanya mulai tertutup oleh kulit kayu yang lunak; rambutnya menjadi dedaunan; lengannya menjadi cabang-cabang; kakinya terbenam ke bumi dan menjadi akar; mukanya menjadi bagian batang pohon yang paling atas, menghilangkan semua yang dimiliki olehnya kecuali kecantikannya. Apollo terkejut. Dia mententuh batang pohon, dan merasakan daging yang masih bergetar di bawah kulit pohon yang masih baru. Dia memeluk cabang-cabangnya dan mendaratkan banyak ciuman ke batang wood. “Karena kau tidak dapat menjadi istriku,” katanya, “kau tetap akan menjadi pohonku. Aku akan mengenakan kau sebagai mahkotaku; Aku akan menjadikan kamu sebagai harpaku dan tempat anak panahku; dan ketika para penakluk Roman membawa kemenangan ke Capitol, kau akan dirangkai menjadi rangkaian bunga sebagai mahkota mereka. Dan seperti keabadianku, kau akan selalu hijau, dan daun-daunmu tidak akan gugur.” Daphne berubah menjadi pohon Laurel (Salam), membungkukkan kepalanya sebagai ucapan terimakasih kepada Apollo.




Putusan Karakoush (Mesir)

Pada suatu malam seseorang terlihat mengendap-endap di pekarangan sebuah rumah. Rupanya ia hendak mencuri di rumah tersebut. Setelah merasa aman, ia mencoba membuka salah satu jendela rumah tersebut. Namun naas baginya, sewaktu mengungkit daun jendela, karena tidak dipaku dengan kuat, ia terjatuh tunggang-langgang ... See Moreke dalam dan kakinya patah.

Pagi harinya ia menghadap Karakoush, sang wali negara, untuk mengadukan nasibnya. “Wahai tuanku,” lapornya, “Tadi malam hamba hendak masuk ke sebuah rumah untuk mengambil harta pemiliknya, namun karena jendela rumah itu tidak dipaku dengan teguh, akhirnya hamba terjatuh ke dalam rumah dan kaki hamba menjadi patah karenanya.” Sambil memperlihatkan kakinya yang patah, ia meneruskan kata-katanya, “Hamba mohon keadilan paduka untuk menghukum pemilik rumah tersebut.” Mendengar permohonan tersebut sang wali negara dengan suara keras memerintahkan pengawalnya agar pemilik rumah itu dibawa menghadap ke pengadilan.

Sesampainya sang pemilik rumah ke sana, ia langsung diinterogasi oleh wali negara, “Kamu pemilik rumah yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumahmu tidak kaupaku dengan kuat sehingga pencuri ini tidak bisa berpegangan dengan kuat pada jendela dan dia terjatuh sampai menyebabkan kakinya patah ??!!!”. Sejenak pemilik rumah itu tertegun. Mengapa ia dipersalahkan atas tuduhan yang amat aneh ini ?? Apakah dapat dibenarkan seorang pencuri mempersalahkan orang yang hendak dia ambil hartanya karena kegagalan dalam melaksanakan kejahatannya ? Namun si pemilik rumah sadar bahwa berdebat dengan Karakoush hanya akan membuat nasibnya malah lebih celaka lagi. Karena itu ia pun segera menjawab, “Wahai tuanku, sesungguhnya kesalahan itu bukan terletak padaku, tapi pada tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumahku. Jika saja ia bekerja dengan baik, memaku daun jendela itu dengan kuat, tentu pencuri ini tidak akan terjatuh dan menderita patah kaki seperti ini.”

Mendengar penjelasan si pemilik rumah, Karakoush pun memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap tukang kayu yang dimaksud. Ketika dihadapkan pada pengadilan, tukang kayu itu dipersalahkan oleh wali negara dengan suara menggeledek, “Kamu tukang kayu yang ceroboh !!! Mengapa jendela rumah orang ini tidak kaupaku dengan kuat sehingga membuat jendela itu menjadi goyah dan pencuri itu bisa terjatuh lalu menderita patah kaki seperti ini ??!!!” Si tukang kayu pun sadar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan wali negara, karenanya ia pun menyahut,”Wahai tuan, sesungguhnya ketika aku sedang mengerjakan pembangunan rumah orang ini, lewatlah seorang wanita cantik dengan pakaian warna merah. Karena aku terus memperhatikannya, aku pun tidak memaku jendela itu dengan kuat sehingga daun jendelanya mudah goyah dan menyebabkan orang ini jatuh.” Wali negara pun memerintahkan agar wanita itu dihadapkan padanya.

Setelah hadir di persidangan, wanita itu pun dipersalahkan,”Kau yang senang memakai pakaian yang menarik hati kaum lelaki, mengapa kau memakai pakaian warna merah saat lewat di depan rumah orang ini sehingga menyebabkan tukang kayu yang mengerjakan pembangunan rumah itu memaku jendelanya jadi bengkok dan mengakibatkan pencuri ini terjatuh ke dalam dan kakinya patah ??!!!” Si wanita pun menjawab,”Kecantikanku adalah augerah Allah, tapi pakaianku adalah buatan tukang celup. Dialah yang memberi baju ini warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu.” Kembali dengan suara mengguntur Karakoush memerintahkan pengawalnya untuk menghadapkan si tukang celup kepadanya.

Ketika orang yang dimaksud sudah berada di depannya, Karakoush pun membentaknya,”Kau yang suka main-main dengan warna-warna celupan, mengapa pakaian wanita ini kauberi warna merah sehingga menarik perhatian tukang kayu dan menyebabkan jendela yang dipakunya menjadi guyah dan membuat orang ini terjatuh ketika ia mengungkitnya hendak masuk ??!!!” Si tukang celup terpesona. Tak terkatakan apa-apa lagi olehnya karena ia sudah pingsan ketakutan. Oleh sebab ia tidak bisa lagi melemparkan kesalahan kepada orang lain, diputuskanlah untuk mengganjarnya dengan hukuman gantung.

Tetapi dia adalah orang yang luar biasa tingginya, sampai-sampai mengalahkan tinggi tiang gantungan. Tergopoh-gopoh pengawal melapor bahwa tidak ada lagi tempat buat menggantung si tukang celup. Karakoush tidak mau menerima kegagalan putusannya begitu saja. Dengan marah ia perintahkan,”Carilah tukang celup lain yang lebih pendek dan gantunglah dia menggantikan orang itu.” Begitulah. Akhirnya ditemukanlah seorang tukang celup lain yang berbadan lebih pendek. Tentu saja ia meronta-ronta ketika hendak dibawa ke tiang gantungan, namun semua sia-sia dan akhirnya dialah yang dihukum gantung.




Raja Tiger Kulit Jubah Panjang (China)


Panjang lalu ada yang tinggal di Tanah Khan yang buruk ALAD [seorang hamba atau gembala pada zaman feodalisme]. Istrinya melahirkan tiga anak, tapi sayangnya mereka semua meninggal. Tidak ada anak-anak lebih dilahirkan untuk pasangan dan mereka hidup menyendiri dan sengsara. Kemudian tiba-tiba suatu hari musim dingin istri ALAD itu melahirkan anak laki-laki. Pasangan itu sangat gembira, tetapi, mereka mulai bertanya-tanya bagaimana mereka akan membesarkan anak mereka. Kecuali untuk sapi dan dua kambing gunung mereka tidak ada nilai apapun. Apa yang mereka lakukan? Meskipun tertekan mereka tetap pergi ke luar tenda mereka untuk susu sapi untuk bayi. Anak itu tumbuh bukan oleh hari, tetapi per jam. Sebelum malam dia telah tumbuh lebih tinggi dan lebih kuat dari seorang manusia. Suami dan istri keduanya terkejut dan senang. Mereka menamakan anak mereka Ku-nan, yang berarti Kuno Selatan. Pada hari pertama Ku-nan memakan habis kambing utuh. Pada hari berikutnya ia memakan yang lain. Pasangan tua itu penuh dengan cemas. Satu hari lagi, mereka berpikir, dan bahkan sapi akan dilakukan untuk! Dan kemudian apa yang akan kita harus hidup? Pada hari ketiga Ku-nan berkata kepada ibunya, "Ah-Ma, kami sangat miskin dan kita hanya sapi kiri Biarkan aku pergi dan menemukan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan.. Aku takut aku akan jatuh sakit jika saya tinggal di rumah lagi. " Dia melihat sosok anaknya tinggi dan kuat dan, sambil memegang tangan yang besar dalam dirinya, berkata dengan suara menangis, "Anakku, pekerjaan apa yang dapat Anda lakukan Hai Anda mungkin! Dapat pergi ke Khan.? Ia mungkin memiliki beberapa bekerja untuk Anda. " Ku-nan merenung untuk sementara waktu, kemudian setuju. Setelah mengambil cuti dari orang tua, ia bernasib sebagainya pada waktu perut kosong. Setengah jalan dia bertemu dengan serigala lapar. Segera setelah melihatnya itu melonjak pada dia, tapi Ku-nan segera ditangani dan membunuhnya. Ia kemudian dikuliti dan, membuat dirinya api unggun, panggang daging dan memakannya. Setelah melakukannya, ia melanjutkan perjalanannya dan pada senja mencapai Yurt di Khan. Khan tua licik memikirkan pengujian kekuatan Ku-nan's. Dia memiliki seluruh sapi panggang dan mengundang para pemuda untuk memakannya. Ku-nan tidak hanya memakan semua daging, tetapi menggerogoti tulang bersih, juga. Khan kemudian disimpan dia di Yurt sebagai pembantu pribadi dan pengawal. Ku-nan sering pergi dengan Khan jauh ke dalam hutan untuk berburu, dan setiap kali mereka pulang dengan kantong penuh. Suatu hari, ketika mereka berdua, bersama-sama dengan beberapa hamba Khan, pergi berburu di dalam mencapai hutan, seekor harimau besar tiba-tiba melompat ke atas mereka. Khan begitu takut dia pecah menjadi keringat dingin. Tanpa berpikir untuk keselamatan Ku-nan dia dicambuk kudanya ke berpacu dan merobek menuruni gunung. hamba yang Khan melarikan diri pontang-panting, menutupi kepala mereka dengan tangan mereka. Tapi Ku-nan tak bergerak. Seperti harimau melompat saat dia tenang menghindari ke satu sisi, meraih salah satu kaki belakangnya, dan mengayunkan binatang itu terhadap pohon besar. Ada kecelakaan, dan pohon daun jatuh ke tanah. Harimau itu berbaring tak bergerak di tanah dengan perut robek terbuka. Ku-nan meletakkan bangkai di punggungnya dan berjalan dimatikan setelah Khan. Ketika mencapai Yurt Khan, dia masih dalam keadaan dari ketakutan ia tidak bisa turun dari kudanya. Untungnya hamba-hambanya, yang telah dibawa ke tumit mereka ketika harimau muncul, datang membantunya dan mengangkatnya dari kudanya. Pada saat ini Ku-nan tiba. Ketika Khan melihat harimau di Ku-nan kembali ia panik. Dia bergegas ke Yurt dan menghalangi pintu. "Cepat! Semua dari Anda," bawled dia. "Pertahankan pintu Jangan biarkan harimau masuk!!" Kemudian ketika ia mendengar itu adalah harimau mati Ku-nan yang dibawanya, ia mengumpulkan keberanian dan keluar dari tempat persembunyiannya. Berbusa karena marah dia mengutuk Ku-nan, menggunakan semua kata busuk dia tahu, dan mengambil kulit harimau ke Yurt nya. Setelah Khan kulit harimau sebagai kasur, ia memutuskan ia ingin jubah yang terbuat dari kulit King Tiger. Dengan demikian ia memerintahkan Ku-nan untuk menangkap Raja Tiger dalam waktu tiga hari. Jika ia gagal dalam misinya Khan akan memiliki dia dieksekusi. Ku-nan merasa sangat sedih. Di mana ia menemukan Raja Tiger? Dikatakan bahwa Raja Tiger tinggal di sebuah gua terpencil di Pegunungan Utara, dan bahwa ada banyak harimau ada di sekitarnya. Tapi tidak ada bahkan telah dikenal untuk mencapai tempat itu. Langit mulai gelap, dan Ku-nan kembali ke rumah merasa sangat bahagia. Dia mengatakan kepada orang tuanya tentang apa yang telah terjadi. Pasangan tua berada di kebingungan. Jika mereka adalah untuk mencegah dia pergi, mereka takut Khan benar-benar akan menempatkan putra mereka mati. Tetapi jika mereka membiarkan dia pergi, yang bisa menjamin keselamatannya? Suami dan istri duduk saling berhadapan dan menangis. Mereka membuat semacam to-do yang Ku-nan merasa sulit untuk mengambil keputusan apapun. Tiba-tiba seorang ALAD tua datang ke pondok kecil mereka lusuh. "Anak saya," ditujukan dia Ku-nan, "jangan sedih Raja Harimau adalah takut seorang pemberani.. Selama Anda tetap tanah asli Anda dan Anda terkasih yang ada di pikiran, Anda akan mampu mengatasi setiap kesulitan Go,. anakku. Aku akan memberi Anda belang-belang kuda poni untuk naik. Good luck untuk Anda "The ALAD tua! ringan mencium Ku-nan di dahinya dan menghilang. Ketika Ku-nan pergi ke luar ia melihat kuda belang-belang meringkik ke arahnya.

Langit berangsur-angsur tumbuh cahaya, dan Ku-nan mengucapkan selamat tinggal orang tuanya. Mengambil busur, panah-tas dan belati, ia dipasang tanggung jawabnya dan berangkat pada misinya. Awalnya kuda berlari-lari kecil sepanjang dengan kecepatan normal, tetapi kemudian pecah menjadi canter, dan kemudian berpacu. Lebih cepat dan lebih cepat itu pergi, begitu cepat yang Ku-nan hanya bisa melihat yurts di sepanjang jalan di kabur. Setelah beberapa saat binatang itu mengurangi kecepatan nya. Saat itu Ku-nan melihat dekat Yurt a serigala hanya akan menyerang seorang gadis kecil. Tepat pada saat ia menyelipkan anak panah ke busur, dan biarkan terbang. Serigala langsung jatuh mati di tanah dengan panah di kepalanya. Seorang wanita tua berlari keluar dari Yurt tersebut. Ketika ia menyadari bahwa Ku-nan telah menyelamatkan kehidupan grand nya-putrinya, ia mengajak dia masuk untuk semangkuk susu-teh. Sebelum keberangkatannya dia memberinya domba-tulang dan berkata, "Ambillah, Nak, itu akan sedikit berguna bagi Anda di masa depan." Dengan hadiah di tangan, Ku-nan berkubah atas kuda dan melanjutkan perjalanan ke utara. Saat ia berlari-lari kecil di sepanjang jalan ia menemukan jalan terhalang oleh sebuah sungai yang luas. Tiba-tiba air naik dan membentuk ombak besar. Sebuah penyu besar muncul dan berenang ke tepi sungai. "Anak saya," itu parau, "Anda sebaiknya menghidupkan kembali Anda tidak akan bisa menyeberangi sungai ini.." "Oh, pasti," jawab Ku-nan. "Semua kesulitan dapat diatasi." "Oh, kalau begitu, Nak berani," kura-kura itu berkata, "tolong bantu saya. Mata kiri saya sakit begitu parah, saya ingin memilikinya diambil dan diganti dengan yang baru. Tolong, bantu aku, bawa keluar untuk saya . " "Baiklah, aku akan membantumu." Begitu Ku-nan tampak di tangannya. Mata telah berubah menjadi mutiara! A, mutiara bercahaya mulia tanpa cela. Setelah melihat itu mata-Ku nan teman-sight menjadi sangat tajam, ia bahkan bisa melihat sekelompok yurts di kejauhan. Ku-nan maka remounted kudanya. Seakan memahami maksud tuannya itu, binatang itu jatuh ke dalam air. Apa keajaiban! Tidak lama setelah air menyentuh mutiara berharga dari itu terbagi untuk membentuk dinding transparan di kedua sisinya, meninggalkan sebuah jalan kering melalui pusat. Ku-nan berkuda menyeberang ke tepi seberang sungai tanpa kesulitan lebih lanjut. air dialirkan biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi. Ku-nan segera mencapai yurts ia telah melihat di kejauhan. Seorang gembala tua itu lembut menangis di sana. Dia adalah pemandangan menyedihkan. Setelah turun dari kudanya, Ku-nan menyapanya. "Kakek, apa yang membuat kau begitu sedih?" ia bertanya. "Tolong beritahu saya, mungkin saya dapat dari beberapa membantu Anda." Gembala tua itu menyeka matanya dan mendesah. "Anak muda, bahkan jika saya katakan, saya takut Anda tidak akan bisa membantu saya. Kemarin hanya putri saya dibawa oleh Raja Harimau. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau mati sekarang ... . " Orang tua lagi patah hati-tersedu-sedu mengiris. "Kakek, jangan berkecil hati," Ku-nan menghibur dia. "Aku yakin anak anda tidak mati Aku sedang mencari yang King Tiger.. Aku akan pergi ke sana dan menyelamatkannya." Gembala tua terhibur. Dia mengundang Ku-nan ke dalam tenda untuk minum teh. Setelah minum teh nya, Ku-nan mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan kiri. Sebelum nan gelap-Ku tiba di tempat tinggal Raja Harimau. Dari kejauhan ia bisa melihat sebuah gua batu di gunung. Di pintu masuk lebih dari sepuluh harimau berjaga-jaga. Sebagai Ku-nan mendekati gua, ia merogoh keluar domba-tulang dari sakunya dan melemparkan ke harimau. Dia kemudian masuk dan menemukan putri gembala. Dia mengatakan kepadanya bahwa Raja harimau telah keluar sejak pagi, dan bahwa ia belum kembali, tapi mungkin akan segera. Dia memikirkan menyembunyikan Ku-nan, tapi ia menolak, menyatakan bahwa ia pertama kali menyelamatkannya dan membawanya pulang. Dia setuju, dan mereka berdua naik kuda belang-belang keluar dari gua. Bagian luar harimau masih berebut tulang. Ku-nan berkembang cambuk, dan kuda yang berlari menuruni gunung seperti angin puyuh. Tiba-tiba embusan angin liar bertiup dari utara. Riding di atas awan kuning, sebuah raksasa dengan kepala harimau dan tubuh manusia, semua ditutupi dengan rambut keemasan, datang memburu. bulat berpaling Ku-nan dan membiarkan terbang panah, yang menusuk mata kiri raksasa itu. Raja Tiger meraung marah. Dia mengulurkan tangan besar dan menarik Ku-nan dari tanggung jawabnya. Lalu dengan satu pukulan ia membuatnya pinggang-jauh ke dalam tanah. Ku-nan langsung menggeliat keluar. Dengan satu pukulan ia memukul leher raksasa-jauh ke dalam tanah, dan, tanpa menunggu dia membebaskan diri, ia dengan cepat terhunus belati dan menusukkan pisau jauh ke pate raksasa itu. Ku-nan sehingga berakhir kehidupan King Tiger. Ia menarik keluar karkas tanah dan, menariknya dengan satu kaki, tertangkap dengan kudanya. Dia dan gadis itu kemudian kembali ke rumahnya. Ketika gembala tua itu melihat bahwa Ku-nan telah menyelamatkan putrinya, ia sangat bahagia, dan memberinya tangannya dalam pernikahan. Ku-nan tinggal malam di Yurt mereka dan, ketika hari tumbuh cahaya, lagi berangkat dengan istrinya pada kuda mereka. Tapi saat mereka bersiap-siap meninggalkan mereka mendengar deru angin mendekati dari utara. Ku-nan berpaling untuk melihat dan melihat sepuluh atau lebih harimau datang mengejar. Mereka adalah orang-orang yang telah meninggalkan berebut tulang-domba sehari sebelumnya. Ku-nan buru-buru dikirim istrinya ke Yurt tersebut. Dia menembak panah dan membunuh harimau dalam memimpin. Lalu ia terhunus belatinya dan melangkah maju untuk menemui mereka. Sebuah tempur marah terjadi. Dalam satu nafas dia slayed tujuh atau delapan dari mereka, namun tiga sisa menyerangnya dengan keganasan bahkan berlipat ganda. Ku-nan merasa dirinya benar-benar habis. Sama seperti ia berada di titik kehancuran, gembala tua, di kepala sekitar sepuluh pemuda muda, bergegas untuk menyelamatkan. Mereka membawa tiang untuk melanggar pada kuda. Mereka membantu Ku-nan menangkap tiga harimau dan dengan demikian lega dia dari bahaya. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka dan memberi mereka semua harimau yang telah dibunuh. Mengambil istrinya, dia remounted kuda dan berjalan pulang. Ketika Khan melihat bahwa Ku-nan telah membunuh Raja Tiger dan telah membawa pulang seorang istri selain cantik, ia merasa sangat bahagia dan pada saat yang sama iri. Ia memerintahkan istri Ku-nan untuk membuatnya jubah dari kulit King Tiger, dan tidak kehilangan sehelai rambut tunggal melempari tersebut. istri Ku-nan's melakukan seperti yang Khan memerintahkan dan membiarkan suaminya membawa jubah itu kepada dia. Ketika Khan melihat jubah dia sangat senang. Dia berpikir menunjukkan dirinya dari dalam domain di seluruh keagungan-Nya. Dia ingin semua orang tahu bahwa dia, Khan, memiliki sebuah jubah berharga yang terbuat dari kulit King Tiger. Sebuah platform dibangun di depan Yurt di Khan. Ia mengundang para pejabat dari seluruh negeri Khan untuk makan dan minum dan berpesta minum-minum. Cara yang sedikit melintasi berdiri banyak sekali orang yang datang dari seluruh penjuru tanah untuk melihat Khan Tiger jubah Raja. Setelah tengah sementara bunyi musik Khan melenggang di seluruh platform dengan udara puas diri. Dia membuat gerakan menyapu dengan tangannya, dan seorang pelayan berpakaian rapi naik, bantalan seikat kuning. Dia membukanya dan mengeluarkan jubah berwarna emas berkilauan yang terbuat dari kulit King Tiger. Dia berparade ini untuk setiap orang untuk melihat, kemudian membantu Khan untuk memakainya. Tidak lama setelah Khan mengenakan jubah daripada ia berubah menjadi seekor harimau beraneka-berwarna sengit. Hal itu membuat raungan memekakkan telinga dan dibatasi dari panggung dan menyerang kerumunan orang, menggigit dan melukai banyak orang. Para pejabat itu begitu takut mereka melompat ke kuda mereka dan membuat off untuk semua mereka layak. Pada saat itu Ku-nan untungnya tiba di tempat kejadian. Ketika ia melihat harimau mengejar orang dan pelaku Curanmor mereka, dia ngeri. Dia berpikir dari menembak binatang dengan panahnya, tapi sayangnya dia telah meninggalkan panahnya-tas di rumah, bahkan belati itu bukan di ikat pinggangnya. Ketika dia meraba-raba tak berdaya, harimau tiba-tiba dibebankan ke arahnya. Dia berdiri tanah dan menunggu sampai binatang itu telah datang dalam jangkauan. Kemudian dengan kecepatan seekor elang ia meraih ekornya, tersentak ke udara dan dalam satu napas memukul sepuluh kali di tanah. Harimau itu berbaring memar, cacat dan pendarahan dan segera meninggal. Karena binatang itu sebelumnya Khan, orang pergi menguburnya. Sejak saat itu Ku-nan pergi berburu setiap hari, mengendarai kuda menjadi belang-belang, dan sekembalinya ia akan berbagi membunuh dengan Alads miskin di lingkungan sekitar. Selain itu, ia sering menyembuhkan orang miskin dari penyakit mata mereka dengan mutiara yang berharga: segera setelah orang-orang tua melihat hal itu, penglihatan remang-remang mereka akan menjadi jelas, seperti segera setelah buta menggilas putaran orbit mata mereka, mereka akan mampu untuk melihat. Berkat bantuannya pada Alads miskin mulai menyanyikan lagu-lagu gembira mereka lagi dan hidup mereka menjadi sangat menyenangkan.







Mencari Suami di Tembok Besar (China)

Sedikit lebih dari dua ratus tahun sebelum era kita, kaisar pertama dari dinasti Chin naik tahta dengan nama Shih Huang. Kaisar ini sangat kejam terhadap rakyatnya, memaksa orang-orang dari setiap bagian dari negara untuk datang dan membangun Tembok Besar untuk melindungi kerajaannya. Kerja tidak pernah berhenti, siang atau malam, dengan orang-orang yang membawa beban berat dari bumi dan batu bata di bawah pengawas 'cambuk, cambuk, dan kutukan. Mereka menerima sangat sedikit makanan, pakaian yang mereka kenakan usang. Jadi itu nyaris tidak heran bahwa sebagian besar dari mereka meninggal setiap hari. Ada seorang pemuda, bernama Wan Hsi-liang, di antara mereka yang telah ditekan ke layanan bangunan Kaisar Shih Huang Great Wall. Ini Wan Hsi-liang punya istri yang cantik dan berbudi luhur, yang bernama Meng Chiang-nu. Untuk waktu yang sangat lama setelah suaminya terpaksa meninggalkan dia, Chiang Meng-nu tidak punya berita tentang dia, dan itu sedih untuk berpikir apa yang ia harus menderita, bekerja keras untuk kaisar terkutuk. kebencian nya dari penguasa jahat tumbuh pesat dengan kerinduan dia untuk suami yang telah sobek dari sisinya. Satu musim semi, ketika bunga-bunga mekar dan tunas pohon, ketika rumput itu hijau subur, dan menelan terbang di pasang di langit, duka seolah untuk memperdalam saat dia berjalan di ladang, jadi dia bernyanyi: Di persik Maret ini mekar-berpakaian; Swallows, kawin, membangun sarang mereka. Dua oleh dua mereka riang terbang .... Waktu sendirian, betapa sedihnya am aku! Tetapi bahkan ketika musim gugur datang bulat, masih ada berita tentang Wan-liang Hsi. Ada rumor bahwa Tembok Besar adalah dalam membangun jalan sampai di suatu tempat di utara di mana ia begitu dingin bahwa satu tidak akan berani memasukkan tangan seseorang keluar dari lengan seseorang. Ketika Meng Chiang-nu mendengar ini, ia buru-buru membuat baju katun-empuk dan sepatu untuk suaminya. Tapi siapa yang harus mengambil ini kepadanya ketika itu seperti jalan panjang Tembok Besar? Merenungkan masalah berulang kali, dia akhirnya memutuskan dia akan mengambil pakaian dan sepatu untuk Wan Hsi-liang diri. Ini memang agak dingin ketika ia mulai keluar. Daun jatuh dari pohon dan, seperti panen telah berkumpul di, bidang kosong dan sedih suram. Itu sangat kesepian untuk Meng Chiang-nu berjalan sendirian, terutama karena ia belum pernah jauh dari rumah dalam hidupnya, dan tidak tahu jalan dan harus menanyakan arah setiap sekarang dan kemudian. Suatu malam dia gagal mencapai sebuah kota dia akan, jadi dia disiapkan untuk malam di sebuah kuil kecil di sebuah kebun di samping jalan. Setelah berjalan sepanjang hari, dia sangat lelah dan jatuh tertidur segera setelah ia berbaring di atas meja batu. Dia bermimpi suaminya datang ke arahnya, dan rasa kebahagiaan besar menyelimuti dirinya. Tapi kemudian dia mengatakan bahwa dia telah meninggal, dan dia menangis pahit. Ketika ia terbangun di pagi hari, ia kewalahan oleh keraguan dan kesedihan saat ia ingat mimpi ini. Dengan kutukan pada kaisar yang Perselisihan begitu banyak keluarga, Meng Chiang-nu lanjutan dalam perjalanan. Suatu hari, dia datang ke sebuah penginapan kecil di pinggir jalan berbukit. Penginapan dijaga oleh seorang wanita tua yang, ketika ia melihat wajah hot Meng-nu Chiang dan pakaian berdebu, bertanya ke mana ia pergi. Ketika Meng Chiang-nu mengatakan, dia sangat terharu. "Aya!" dia mendesah, "Tembok Besar ini masih jauh dari sini, ada gunung dan sungai menyeberang sebelum Anda Bagaimana seorang wanita muda yang lemah seperti dirimu sampai di sana?." Tapi Meng-nu Chiang mengatakan kepada wanita tua dia bertekad untuk mendapatkan pakaian dan sepatu kepada suaminya, tidak peduli apa kesulitan. Wanita tua itu sebanyak tersentuh oleh kemauan yang lebih muda sebagai ia prihatin tentang keselamatan dirinya. Hari berikutnya ia didampingi Meng Chiang-nu jarak jauh untuk menunjukkan simpati padanya. Maka, Meng Chiang-nu berjalan terus dan terus dan terus hingga suatu hari, dia datang ke lembah antara pegunungan. Langit mendung dengan awan kelabu, angin kencang yang dingin udara. Dia berjalan cukup lama melalui lembah tanpa, bagaimanapun, menemukan sebuah rumah tunggal. Semua ia bisa melihat adalah rumput liar, semak berduri dan batu. Hal itu mendapatkan begitu gelap bahwa dia tidak bisa lagi melihat jalan. Di kaki gunung ada sebuah sungai, berjalan dengan air warna keruh. Di mana ia harus pergi? Berada di akhir kecerdasan, dia memutuskan untuk menghabiskan malam di antara semak-semak. Saat ia tidak makan apa-apa untuk sepanjang hari, dia menggigil semua lebih keras dalam dingin. Berpikir tentang bagaimana suaminya harus menderita dalam cuaca dingin sedingin es, hatinya kontrak dengan sakit yang setajam pisau. Ketika Meng Chiang-nu membuka mata keesokan harinya, ia ditemukan takjub seluruh lembah dan tubuhnya sendiri ditutupi dengan selimut salju. Bagaimana dia untuk meneruskan perjalanan-nya? Sementara ia masih cukup bingung apa yang harus dilakukan, burung gagak tiba-tiba hinggap di hadapannya. Ini menggaok dua kali dan terbang pada jarak pendek, lalu duduk lagi di depan dan menggaok lagi dua kali. Chiang meng-nu memutuskan bahwa burung itu mengundang dia untuk mengikuti arah dan jadi dia kembali perjalanannya, sedikit bersorak karena perusahaan ini makhluk hidup, dan ia mulai menyanyi saat dia berjalan sepanjang: Tebal dan cepat swirl bundar salju musim dingin: Saya, Meng Chiang-nu, berangkat, bantalan pakaian musim dingin, A gagak lapar, sayangnya, pedoman saja saya, The Great Wall jauh, dan aku jauh dari sisinya! Jadi dia berjalan melewati pegunungan, menyeberangi sungai besar maupun sungai kecil. Dan dengan demikian banyak hari suram telah berlalu sebelum dia akhirnya mencapai Tembok Besar. Bagaimana dia gembira ketika ia melihat itu, berkelok-kelok seperti ular besar di atas pegunungan di depannya. Angin tajam dingin dan pegunungan telanjang ditutupi dengan rumput kering saja, tanpa sebatang pohon di mana saja. Kelompok dari orang berkerumun melawan Tembok Besar, ini adalah orang-orang yang telah didorong di sini untuk membangunnya. Chiang meng-nu berjalan sepanjang Tembok Besar, mencoba untuk menemukan suaminya di antara mereka yang bekerja keras di sini. Dia bertanya setelah suaminya, tapi tak ada yang tahu apa-apa tentang dia, jadi dia harus pergi dan terus bertanya .... Dia melihat apa yang pucat wajah rakyat pekerja itu, tulang pipi mereka menonjol melalui kulit, dan ia melihat banyak mati berbohong tentang, tanpa ada membayar perhatian. penderitaan nya atas nasibnya tidak diketahui suaminya meningkat, sehingga dia meneteskan air mata banyak pahit saat ia melanjutkan pencariannya. Akhirnya dia belajar kebenaran yang menyedihkan. Suaminya telah meninggal lama karena tak tertahankan keras keras, dan tubuhnya telah meletakkan bawah tanah di mana ia jatuh, di bawah Tembok Besar. Mendengar kabar tragis, Meng Chiang-nu jatuh pingsan. Beberapa pembangun mencoba untuk menghidupkan kembali, tapi itu lama sebelum ia kembali kesadaran. Ketika ia melakukannya, ia meledak ke dalam banjir air mata, selama beberapa hari pada akhir, sehingga banyak rakyat pekerja menangis dengan dia. Jadi pahit itu mengeluh bahwa, tiba-tiba, panjang lebih dari dua ratus mil dari Tembok Besar itu runtuh ke bawah, sedangkan kekerasan badai membuat batu bata pasir dan berputar di udara. "Itu Meng Chiang-nu yang dengan air matanya, menyebabkan Tembok Besar runtuh!" orang-orang di sepanjang bangunan itu kepada satu sama lain dengan takjub, pada saat yang sama dipenuhi dengan kebencian terhadap kaisar kejam, yang menyebabkan apa-apa selain kesengsaraan rakyatnya. Ketika kaisar mendengar bagaimana Meng Chiang-nu membawa bagian dari nya Great Wall turun, dia langsung pergi melihat sendiri orang seperti apa dia. Ia menemukan bahwa ia secantik peri, sehingga ia memintanya menjadi selir. Chiang meng-nu yang membenci dia begitu dalam cara-cara yang kejam, tentu saja, tidak menyetujui ini. Tapi ia merasa tipu muslihat itu akan melayani tujuan hidupnya lebih baik dari keterbukaan, jadi dia menjawab dengan ramah: "Ya, saya akan, jika Anda melakukan tiga hal untuk saya." Kaisar kemudian bertanya apa ketiga hal itu dan Meng Chiang-nu berkata: "Yang pertama adalah bahwa Anda mengubur suami saya dalam peti mati emas dengan penutup perak di atasnya, yang kedua adalah bahwa semua menteri dan jenderal pergi ke berkabung untuk saya suami dan menghadiri pemakaman-Nya, yang ketiga adalah bahwa Anda menghadiri pemakamannya sendiri, memakai dalam berkabung sebagai anaknya akan melakukan ". Begitu diambil dengan kecantikannya, kaisar setuju untuk permintaan nya sekaligus. Semuanya, oleh karena itu, diatur sesuai. Dalam prosesi pemakaman, Kaisar Shih Huang berjalan dekat di belakang peti mati, sementara iring-iringan dari semua istana dan jendral mengikutinya. Kaisar diantisipasi dengan gembira menikmati selir, cantik baru akan memberinya. Tapi Meng Chiang-nu, ketika ia melihat suaminya benar terkubur, bersujud sebelum makamnya di penghormatan kepada almarhum, menangis getir untuk waktu yang lama. Kemudian, tiba-tiba, ia melompat ke dalam sungai yang mengalir dekat makam. Kaisar geram karena telah digagalkan dalam keinginannya. Ia memerintahkan pengawal untuk menariknya keluar dari air lagi. Tetapi sebelum mereka bisa menangkap dia, Meng Chiang-nu telah berubah menjadi ikan, indah keperakan dan berenang anggun tak terlihat, jauh ke dalam air hijau-biru.



Petualangan Tom Sawyer (Amerika)

Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada suatu malam ia melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil. " "Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu saja takut. "
" Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter. Brukk!

Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan harinya Dokter ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota mulai berkumpul. "Ini adalah pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh Dokter." "A... aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas... "Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh Dokter." " Memang benar, pembunuhnya adalah Kakek Petter.

Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. "Wah... padahal pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi, kalau kita mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas dendam dan membunuh kita... " Beberapa hari telah berlalu, dan semua orang tela.h melupakan kejadian itu. Pada suatu hari Tom bertengkar dengan Becky, gadis yang disukainya di sekolah. "Apa-apaan. Aku benci sama Tom."

Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe berkata, "Baik di rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom, kita melarikan diri saja, yuk! " Tom dan Joe mengajak Huck, mereka bermaksud hidup di sebuah pulau di tengah-tengah sungai. "Yahooo! Kalau begini, kita seperti bajak laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke sekolah." Ketiganya menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun makan telur goreng dan apel.

Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tibatiba.... duaaar! Air sungai menyembur ke atas. "Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang mencari orang yang tenggelam. " Orang-orang kota mengira Tom dan Joe tenggelam di sungai, lalu mereka pun datang untuk mencari. " Mungkin saat ini Bibi Polly sedang mengkhawatirkanku. Di tengah malam Tom berenang menyeberangi sungai, kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly dan Ibu Joe sedang menangis. "Semuanya meninggal dunia, ya..."

Kemudian Tom kembali ke pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka sangat terkejut. Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman mereka. "Wah, Tom! Kamu pulang, ya.' "Joe, syukurlah kamu pulang dengan selamat." Semuanya gembira atas kepulangan mereka. Beberapa hari kemudian pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter ditetapkan sebagai pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek Petter, Tom memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe itu. "Kami telah melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian Joe yang mendengar hal ini segera melompat dari jendela. Praaang! Ia melarikan diri. Kakek Petter merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong. "Tom, terima kasih banyak. Begitu pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya semula. Pada suatu hari Huck dan Tom pergi ke sebuah rumah yang tak berpenghuni. Ketika keduanya sedang mencari sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian Joe bersama sahabatnya, si pencuri! "

Untuk menyembunyikan uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai. Dan... criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak! "Baiklah, kita pindahkan persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu ini. " Si Indian Joe juga mulai naik ke tingkat dua, untuk memeriksa. "Bagaimana, nih? Kalau ketahuan, pasti kita dibunuh olehnya..." Praaak! Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di tengah-tengah tangga si Indian Joe terjatuh. Tom dan Huck pun merasa lega.

Beberapa hari telah berlalu. Pada suatu hari Huck mengikuti Indian Joe dan temannya sendirian. "Apakah mereka mau menyembunyikan emasnya?" Tetapi, Indian Joe dan temannya bermaksud menyerang rumah Nyonya Douglas. "Gawat! Aku harus cepat-cepat memberitahukannya pada seseorang! " Karena pemberitahuan Huck, orang yang rumahnya bertetangga dengan Nyonya Douglas segera membawa senapan dan menembak para pencuri itu. Door! Door! Indian Joe dan temannya sangat terkejut, lalu mereka melarikan diri. " Sudah tidak apa-apa, kok!! "Ini semua berkat Huck. Terima kasih atas pemberitahuannya, ya! "

Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi, Tom dan Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba, muncul asap membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa! Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang! " Tiba-tiba muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan Becky. Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk bemafas. "Waaaw! Ayo, lari! Dengan cepat, Tom dan Becky berlari hingga keluar dari dalam goa. Akhimya mereka pulang.
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, Tom karena goa itu berbahaya, sebaiknya ditutup saja. "Ya... tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke sana, temyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia. Ketika mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan kedua orang pencuri itu.

"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.

"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika. Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck. Inti ceritanya ada di tengah-tengah cerita, sehingga menjadi dan mudah dimengerti.




SEBABNYA LANGIT TINGGI (Philipina)

Dahulu kala, langit begitu dekat jaraknya dengan bumi. Bila kita berdiri dan menjulurkan tangan ke atas, maka kita akan dapat menyentuhnya.
Suatu hari, seorang lelaki membawa pulang beberapa buah kelapa untuk istrinya. Perempuan itu ingin sekali menikmati isinya. Dipukulkannya sebuah kelapa ke sebuah batu untuk memecahkan tempurungnya. “Bukan begitu cara memecahkannya,” tukas si Suami. “Kau harus menggunakan sebuah pisau.” Ia memberikan pisau berburunya yang panjang sang Istri..
Perempuan itu mengangkat pisau untuk memecahkan tempurung kelapa. Krak! Saat perempuan itu mengangkat pisau ke atas kepalanya, pisau itu merobek langit dan terjadilah hujan.
Seru perempuan itu pada langit, “Apakah kau dapat bergerak lebih tinggi sedikit? Aku tidak dapat mengangkat cukup tinggi pisauku untuk memecahkan tempurung kelapa ini!”
Perempuan itu mengangkat pisau ke atas kepalanya untuk kedua kali. Kembali pisau itu mengenai langit. Petir dan kilat terjadi.
“Hei, kau masih terlalu rendah!” perempuan itu berseru pada langit. “Bergeraklah lebih tinggi lagi!”
Perempuan itu mengangkat pisau untuk ketiga kalinya. Pisau itu masih menyentuh langit. Terjadilah angin topan dan rumah perempuan itu hampir diterbangkan angin yang ganas itu.
“Apa yang sedang kaulakukan?” omel sang Suami. “Tak bisakah kau membuka tempurung kelapa tanpa menimbulkan angin topan?”
“Itu bukan salahku,” si Istri menjawab. “Itu salah langit yang terlalu rendah. Aku membutuhkan ruang yang lebih besar untuk dapat menggunakan pisau ini.”
Perempuan itu menengadah. Ia sangat marah. Serunya pada langit, “Kau lebih baik melakukan apa yang aku katakan! Jika tidak, aku akan memotong-motongmu hingga menjadi kecil-kecil!”
Awan lalu membumbung tinggi. Langit bergerak ke atas hingga menjadi sangat jauh dari bumi. Itulah sebabnya mengapa langit tinggi.




Si Kancil Kena Batunya (Melayu)

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,"Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya".
Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,"Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?". Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?". Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. "Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,"Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. "Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil," kata siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,"Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,"Kancil memang tiada duanya." Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?". Ejek siput. "Tidak mungkin !", "Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang", seru si kancil.
"Sudahlah akui saja kekalahanmu,"ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka", ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.
Pesan Moral : Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai.




SANG KANCIL DENGAN KERBAU (Melayu)

Pada suatu hari ada seekor kerbau jantan hendak minum air. Kerbau itu berjalan melalui satu lorong menuju ke sungai. Sungai itu agak luas. Airnya cetek aja, jenih dan sejuk. Kerbau itu mengharung air. Air itu hanya setakat lutut sahaja. Kerbau itu menuju ke tengah-tengah sungai kerana air di bahagian tengah sungai lagi jernih. Ketika menghirup air, kerbau terdengar sesuatu di tepi sungai. Kerbau merenung ke arah uara itu. Kerbau ternampak air terhambur naik di tebing sungai.
"Tolong! Tolong! Tolong aku, kerbau!" tiba-tiba terdengar suara dari tepi sungai dekat rimbunan buluh. Kerbau cuba memerhati dan meneliti suara itu. Kerbau ternampak sesuatu berbalam-balam dari jauh seperti batang kelapa ditindih sebatang kayu. Suara meminta tolong terus bergema. Merayu-rayu bunyinya. Kerbau mendekati suara itu. Rupa-rupanya ada seekor buaya ditindih oleh pokok kayu, betul-betul di tengah belakangnya.Oh, buaya! Kenapa ini?" tanya kerbau. "Tolong aku, kerbau! Aku ditimpa oleh pokok yang tumbang. Aku tidak boleh bergerak. Berat sungguh batang kayu ini," jawab buaya. Kerbau kasihan melihat buaya. Kerbau cuba mengangkat kayu itu dengan tanduknya. Apabila batang kayu terangkat, buaya cepat-cepat melepaskan dirinya. Sebaik-baik sahaja kerbau menghumban kayu itu ke bawah, buaya segera menangkapnya.
"Eh, buaya! Kenapa ini?" tanya kerbau apabila dirasai kakinya digigit buaya. "Aku hendak makan kau. Hari ini kau menjadi rezeki aku," jelas buaya sambil menggigit lebih kuat lagi. "Kaulah binatang yang amat jahat dalam dunia ini. Tidak tahu membalas budi. Orang berbuat baik, kau balas jahat," kata kerbau.
"Sepatutnya buat baik dibalas baik. Buat jahat dibalas jahat," sambung kerbau lagi. "Aku tidak peduli," jawab buaya. Kerbau cuba menanduk buaya tetapi buaya menguatkan lagi gigitannya. Kerbau tidak mampu melepaskan diri kerana berada dalam air. Kalau buaya menariknya ke bawah tentulah ia akan lemas. Kerbau merayu supaya buaya tidak membunuhnya. "Janganlah bunuh aku, buaya! Aku pun mahu hidup. Kau makanlah benda lain," kerbau merayu. Tetapi buaya tetap tidak peduli. "Aku boleh melepaskan kau tetapi dengan satu syarat," kata buaya. "Apakah syaratnya?" tanya kerbau. "Kita cuba dapatkan jawapan, betul atau tidak bahawa berbuat baik dibalas baik? Kita tanya apa-apa yang lalu di sini," ujar buaya. "Kalau jawapannya sama sebanyak tiga kali, aku akan bebaskan kau," ujar buaya lagi.
Kerbau bersetuju dengan syarat yang dicadangkan oleh buaya. Mereka bersama-sama menunggu sesiapa sahaja yang lalu atau yang hanyut di dalam sungai itu. Tiba-tiba mereka ternampak sebuah saji yang buruk hanyut. Buaya pun bertanya pada saji. "Saji, betulkah berbuat baik dibalas baik?" tanya buaya. "Tidak betul. Berbuat baik dibalas jahat," jawab saji. Saji menceritakan kisah hidupnya. "Di rumah, aku digunakan untuk menutup makanan. Nasi, lauk, kuih, dan apa-apa sahaja aku lindungi," jelas saji. "Pendek kata, aku banyak menolong dan berbakti kepada tuan aku. Kucing dan tikus tidak boleh mencuri lauk. Aku lindungi," cerita saji. "Tetapi aku amat sedih, apabila aku buruk dan koyak, tidak berdaya lagi menutup makanan, aku dibuang ke sungai," ujar saji. "Itulah sebabnya aku berkata berbuat baik dibalas jahat," saji menamatkan ceritanya dan terus hanyut."Macam mana kerbau? Betul atau tidak apa yang aku kata?" tanya buaya. Kerbau berdiam diri kerana berasa cemas dan sedih. Kerbau berdoa di dalam hati supaya Tuhan menolongnya. "Tuhan tentu akan menolong orang yang baik," kata kerbau dalam hatinya. Tidak lama kemudian, kelihatan sepasang kasut buruk pula hanyut di situ. Sebelah daripada kasut itu tenggelam kerana tapaknya tembus. Tetapi kasut itu bergantung kepada pasangannya dengan tali. Kedua-dua belah kasut itu bersama-sama hanyut. "Hah, itu satu lagi benda hanyut! Kita cuba tanya," kata buaya. "Kasut, betul atau tidak berbuat baik dibalas baik?" tanya buaya. Kerbau berdebar-debar menunggu jawapan kasut. Kalau kasut bersetuju dengan kenyataan itu bererti ia akan selamat. Kalau kasut berkata tidak betul, habislah riwayatnya. "Tidak betul kerana berbuat baik dibalas jahat," jawab kasut. Hancurlah harapan kerbau untuk hidup apabila mendengar kasut memberi jawapan itu. Kasut lalu bercerita.Pada suatu masa lalu, kasut amat disayangi oleh tuannya. Setiap hari kasut dibersihkan dan dikilatkan. Apabila malam, kasut itu disimpan di tempat selamat. Kasut itu juga hanya dipakai oleh tuannya apabila pergi ke bandar sahaja. Kalau tuannya pergi ke tempat berpasir atau berlumpur, kasut itu tidak dipakainya. Tetapi apabila sudah buruk, kasut itu tidak disayangi lagi. Badannya tidak dikilatkan lagi. Kasut itu dibaling ke tepi tangga selepas digunakan. Apabila malam, kasut itu ditinggalkan di halaman rumah. Kasut itu dibiarkan berembun dan berhujan. Ketika itu juga, kasut itu menjadi tempat persembunyian katak puru untuk menangkap nyamuk. Apabila sudah terlalu buruk dan koyak, kasut itu dibuangkan ke dalam sungai. "Itulah sebabnya aku hanyut ke sini," kasut menamatkan ceritanya lalu pergi bersama-sama arus air. "Sudah dua jawapan. Engkau kalah. Tetapi aku bagi satu peluang lagi," kata buaya. "Kalau datang yang ketiga, sama jawapannya, engkau akan menjadi habuanku," jelas buaya kepada kerbau.Ketika kerbau dan buaya menanti kedatangan benda yang ketiga, tiba-tiba datang seekor kancil hendak minum air. Kancil itu pergi ke tebing tempat buaya dan kerbau. Kancil terkejut apabila melihat buaya menggigit kaki kerbau. Kancil melihat air mata kerbau berlinang. Manakala buaya pula kelihatan bengis. "Ada apa kerbau? Kenapa buaya gigit kaki engkau?" tanya kancil. "Mujurlah engkau datang, kancil! Kami sedang menunggu hakim yang ketiga untuk mengadili kami," kata buaya. "Mengapa?" tanya kancil. "Kami bertengkar, berbuat baik adalah dibalas jahat," kata buaya. "Tetapi kenapa kamu gigit kaki kerbau?" tanya kancil. Buaya lalu bercerita mengenai dirinya yang ditindih batang kayu. Kerbau datang menolong. Tetapi buaya tidak mahu membalas perbuatan baik kerbau. Buaya menganggap kerbau itu patut menjadi rezekinya. "Tetapi sebelum aku memberikan keputusan, aku mahu tengok kejadian asalnya," kata kancil. "Mula-mula aku kena tindih batang pokok patah. Batang pokok itu jatuh menimpa belakang aku," jawab buaya. "Boleh aku tengok macam mana pokok itu berada di atas belakang kau?" tanya Kancil. "Macam mana aku hendak tunjukkan, kerbau sudah alihkan batang kayu itu," jawab buaya. "Baiklah! Sekarang engkau pergi duduk tempat asal, tempat engkau kena tindih," ujar kancil. Buaya mengikut sahaja arahan kancil. Buaya melepaskan kaki kerbau lalu duduk dekat batang pokok. "Kerbau! Cuba engkau tunjukkan, bagaimanakah kayu itu berada di atas belakang buaya? Tunjukkan padaku, bagaimanakah caranya engkau mengangkat batang kayu itu?" kancil mengarah seperti hakim. Kerbau melakukan apa yang disuruh oleh kancil. "Cuba engkau bergerak, buaya! Bolehkah kayu itu diangkat?" kancil mengarah buaya. Buaya cuba bergerak dan mengangkat batang pokok itu tetapi tidak berdaya. "Cuba lagi, seperti engkau mula-mula kena tindih," kata kancil. "Up! Up!" bunyi suara buaya cuba mengalih batang pokok. "Kuat lagi! Kuat lagi!" seru kancil.Buaya terus mencuba tetapi tidak berupaya melepaskan diri. Buaya cuba mengumpul kekuatan untuk mengangkat batang kayu itu, tetapi gagal. Ekornya sahaja membedal air tetapi batang kayu tetap itu tidak bergerak. Buaya sudah penat. Kerbau pula menunggu arahan kancil. "Selepas itu apakah yang terjadi?" tanya kancil. "Selepas itu aku datang menolong. Aku mengangkat batang pokok itu. Apabila buaya terlepas, ia gigit kaki aku," jawab kerbau. "Bagaimanakah cara kamu mengangkatnya?" tanya kancil. Kerbau segera mendekati batang pokok itu. Kerbau menundukkan kepala hendak engangkat batang kayu itu. "Sudah! Setakat itu dulu. Aku sudah faham. Jangan angkat kayu itu," kata kancil. "Habis itu macam mana pula dengan buaya? Tentu buaya akan mati," jawab kerbau. "Engkau ini sangat lurus dan jujur, wahai kerbau!" kata kancil. "Biarlah buaya ini mati. Kalau buaya ini hidup, engkau tentu mati. Buaya yang jahat ini patut menerima balasannya kerana tidak tahu membalas budi baik," kata kancil lalu berlari naik ke atas tebing sungai. Buaya bertempik apabila mendengar kata-kata kancil. Buaya tahu ia sudah kena tipu. Buaya membedal ekornya dengan sekuat-kuat hatinya. Air sungai melambung naik. Kerbau segera melompat lalu berlari naik ke atas tebing mengikut kancil. "Jaga, kancil! Kautipu aku. Ingat, kancil! Aku akan makan kau," pekik buaya. Namun, kancil dan kerbau tidak mempedulikan buaya lagi. Kerbau mengucapkan terima kasih kepada kancil. Kedatangan kancil ke tebing sungai itu telah menyelamatkan nyawanya. Buaya sudah menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan jahatnya itu.
"Engkau ini sangat lurus dan jujur, wahai kerbau!" kata kancil. "Biarlah buaya ini mati. Kalau buaya ini hidup, engkau tentu mati. Buaya yang jahat ini patut menerima balasannya kerana tidak tahu membalas budi baik," kata kancil lalu berlari naik ke atas tebing sungai. Buaya bertempik apabila mendengar kata-kata kancil. Buaya tahu ia sudah kena tipu. Buaya membedal ekornya dengan sekuat-kuat hatinya. Air sungai melambung naik. Kerbau segera melompat lalu berlari naik ke atas tebing mengikut kancil. "Jaga, kancil! Kautipu aku. Ingat, kancil! Aku akan makan kau," pekik buaya. Namun, kancil dan kerbau tidak mempedulikan buaya lagi. Kerbau mengucapkan terima kasih kepada kancil. Kedatangan kancil ke tebing sungai itu telah menyelamatkan nyawanya. Buaya sudah menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan jahatnya itu.




SANG KANCIL DENGAN HARIMAU (Melayu)

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya. "Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi. "Benar-benar keterlaluan si harimau !" kata Kancil menahan marah. "Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.
Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba. "Tapi kau harus menolongku," lanjut si kancil. "Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci. "Tugas penting apa, Cil?" tanya kelinci heran. " Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?", kata kelinci. "Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik". "Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi."
Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya. "Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. "Itu dia si Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. "Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.
"Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah. "Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting". "Tugas penting apa?". Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. "Aku harus menjaga bende wasiat itu." Bende wasiat apa sih itu?" Tanya harimau heran. "Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran. "Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu." "Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?", kata si kancil.
Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi?. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung?nguuuung?..nguuuung sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong! Tolong!" teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. "Grr, awas kau Kancil!" teriak Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?". Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi."Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," kata kancil. "Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?". "Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap."
Pesan Moral : Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena itu, kita tidak boleh sombong dan memperlakukan makhluk hidup lain semena-mena.




Sang kancil dengan buaya 2 (Melayu)

Pada zaman dahulu Sang Kancil adalah merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah sedia membantu pada bila-bila masa saja.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh kerana makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil bercadang untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa dahaga kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang berdekatan. Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang masa Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, apabila terasa penat ia berehat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rendang di sekitar kawasan tersebut. Kancil berkata didalam hatinya "Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lazat-lazat". Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil terpandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai."Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut" fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil terpandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata " Hai sabahatku Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?" buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi "Khabar baik sahabatku Sang Kancil" sambung buaya lagi "Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?" jawab Sang Kancil "Aku membawa khabar gembira untuk kamu" mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata "Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan".
Kancil berkata "Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua". Mendengar saja nama Raja Sulaiman sudah menggerunkan semua binatang kerana Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini. "Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku" kata Sang Buaya. Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata "Hai buaya sekelian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini". Kata kancil lagi "Beraturlah kamu merentasi sungai bermula daripada tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana".
Oleh kerana perintah tersebut adalah datangnya daripada Nabi Sulaiman semua buaya segera beratur tanpa membantah. Kata Buaya tadi "Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia" Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut "Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk" sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai. Apabila sampai ditebing sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata" Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahawa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman".
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
Sekian




Kategori

Kategori