Dahulu kala, langit begitu dekat jaraknya dengan bumi. Bila kita berdiri dan menjulurkan tangan ke atas, maka kita akan dapat menyentuhnya.
Suatu hari, seorang lelaki membawa pulang beberapa buah kelapa untuk istrinya. Perempuan itu ingin sekali menikmati isinya. Dipukulkannya sebuah kelapa ke sebuah batu untuk memecahkan tempurungnya. “Bukan begitu cara memecahkannya,” tukas si Suami. “Kau harus menggunakan sebuah pisau.” Ia memberikan pisau berburunya yang panjang sang Istri..
Perempuan itu mengangkat pisau untuk memecahkan tempurung kelapa. Krak! Saat perempuan itu mengangkat pisau ke atas kepalanya, pisau itu merobek langit dan terjadilah hujan.
Seru perempuan itu pada langit, “Apakah kau dapat bergerak lebih tinggi sedikit? Aku tidak dapat mengangkat cukup tinggi pisauku untuk memecahkan tempurung kelapa ini!”
Perempuan itu mengangkat pisau ke atas kepalanya untuk kedua kali. Kembali pisau itu mengenai langit. Petir dan kilat terjadi.
“Hei, kau masih terlalu rendah!” perempuan itu berseru pada langit. “Bergeraklah lebih tinggi lagi!”
Perempuan itu mengangkat pisau untuk ketiga kalinya. Pisau itu masih menyentuh langit. Terjadilah angin topan dan rumah perempuan itu hampir diterbangkan angin yang ganas itu.
“Apa yang sedang kaulakukan?” omel sang Suami. “Tak bisakah kau membuka tempurung kelapa tanpa menimbulkan angin topan?”
“Itu bukan salahku,” si Istri menjawab. “Itu salah langit yang terlalu rendah. Aku membutuhkan ruang yang lebih besar untuk dapat menggunakan pisau ini.”
Perempuan itu menengadah. Ia sangat marah. Serunya pada langit, “Kau lebih baik melakukan apa yang aku katakan! Jika tidak, aku akan memotong-motongmu hingga menjadi kecil-kecil!”
Awan lalu membumbung tinggi. Langit bergerak ke atas hingga menjadi sangat jauh dari bumi. Itulah sebabnya mengapa langit tinggi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon